Mohon tunggu...
Ida Mursyidah
Ida Mursyidah Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Anak Usia Dini

Ibu guru yang gemar membaca, bahkan membaca segala kemungkinan terburuk, untuk menyiapkan mental. Senang menulis, walaupun belum pernah menulis buku solo dan tak akan mampu menulis takdir sendiri. Suka menyimak, meskipun suara hati kecil sering terabaikan. Kadang berbicara, jika memang waktunya tiba dan membawa manfaat bagi yang mendengar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Keluarga Tangguh Tidak Mati Gaya

1 Januari 2021   15:07 Diperbarui: 1 Januari 2021   15:13 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pandemi covid-19 menyingkap banyak hal yang selama ini terabaikan, tertutupi, tersimpan atau tersembunyi, itu yang saya yakini. Yang paling sederhana adalah urusan mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun. Semua orang tahu manfaatnya, semua tahu betapa sederhana pelaksanaannya. 

Bersamaan dengan pengetahuan itu, betapa banyak dari kita yang mengabaikannya. Menganggap tangan kita terlihat bersih-bersih saja. tak ada yang harus dilakukan sebelum sekedar mencomot potongan kue atau membuka bungkus permen. Tak apa menyuapi anak tanpa cuci tangan lebih dulu karena toh saya menyuapi anak menggunakan sendok, dan alasan yang sejenisnya. 

Meskipun begitu, masa pandemi membuat kegiatan mencuci tangan menjadi sebuah aktivitas yang sangat penting bersanding dengan memakai masker dan menjaga jarak fisik. 

Pengalaman saya yang, hingga awal bulan Juni lalu, adalah guru di kelas Kelompok Bermain, saya bisa mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun, lebih dari sepuluh kali, hanya dalam rentang waktu pukul 7.40 pagi hingga 12.30 siang. 

Ada yang lebih sering? Mungkin tenaga kesehatan yang rankingnya di atas saya. Mengapa demikian sering? Satu, saya menjadi contoh bagi anak-anak di kelas saya. 

Mereka, balita usia 3 tahunan sedang belajar pentingnya menjaga kebersihan diri sehari-hari. Setiap usai bermain dan mengerjakan tugas (tugas belajar sama dengan bermain di kelas Kelompok Bermain) mereka diharapkan mencuci tangan. 

Tidak hanya diharapkan, mereka diarahkan dan dibimbing untuk mendatangi wastafel untuk mencuci tangan. Juga saat mereka selesai dengan urusan Buang Air Kecil atau Buang Air Besar. Kembali mereka digiring untuk mencuci tangan. Lalu, sebelum mereka makan bekal, mereka wajib mencuci tangan. 

Belum termasuk kebutuhan mencuci tangan insidental, seperti saat setelah membersihkan hidung karena pilek, menyentuh cairan ingus teman atau muntahan mereka. 

Yang terakhir disebut bisa dipastikan tidak sengaja dilakukan. Karena urusan ini, mereka juga diajak untuk mencuci tangan lagi. Nah, sebagai guru, atau pengasuh, atau pembimbing mereka, saya pasti mencuci tangan juga. 

Pertama karena saya butuh. Kedua, sering juga karena saya harus membimbing anak untuk mencuci tangan yang benar-benar bersih. Otomatis, tangan saya ikut dibasahi dan disabuni, kan?

Setelah perusahaan membuat kebijakan baru bahwa semua karyawan harus menginap di perumahan khusus dan saya tidak dapat mengikutinya, otomatis saya menganggur. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun