oleh: Idan Nurhakim (Mahasiswa UIN JKT) dan Syamsul yakin (dosen UIN JKT)
Dakwah dalam Islam bukan hanya seruan keimanan atau ibadah semata, melainkan juga merupakan instrumen penting untuk mendorong perubahan sosial ke arah yang lebih baik. Dakwah harus dipahami sebagai proses komunikasi yang bertujuan menyampaikan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil 'alamin, tidak hanya kepada individu, tetapi juga kepada struktur dan sistem sosial yang ada dalam masyarakat. Inilah yang disebut sebagai dakwah yang bersifat transformasional.
Menurut Dr. Syamsul Yakin dalam bukunya Modul Mata Kuliah Ilmu Dakwah, dakwah harus menyentuh dimensi sosial secara aktif. Ia menekankan bahwa dakwah seharusnya tidak hanya berkutat pada persoalan akidah, ibadah, atau akhlak personal, tetapi juga merespons tantangan sosial seperti kemiskinan, ketidakadilan, ketimpangan ekonomi, kerusakan moral publik, dan degradasi lingkungan. Oleh karena itu, dakwah yang ideal harus mampu menjadi pendorong transformasi sosial yang membawa perubahan struktural yang positif di tengah masyarakat.
Dalam konteks ini, dakwah tidak cukup hanya dilakukan di atas mimbar atau dalam ceramah-ceramah agama, melainkan juga melalui keterlibatan langsung dalam aktivitas pemberdayaan masyarakat. Misalnya, dakwah bisa berbentuk program pendidikan gratis untuk anak kurang mampu, pelatihan keterampilan bagi pengangguran, atau advokasi terhadap kelompok rentan. Tindakan-tindakan ini mencerminkan semangat dakwah yang sejati, yakni menyebarkan kebaikan dan memperjuangkan keadilan.
Transformasi sosial melalui dakwah juga membutuhkan pendekatan yang ilmiah dan kontekstual. Seorang dai perlu memahami kondisi masyarakat secara mendalam dengan pendekatan interdisipliner. Antropologi, sosiologi, dan komunikasi adalah bidang yang dapat membantu memahami budaya, struktur sosial, dan psikologi masyarakat. Dengan pemahaman ini, dakwah dapat dirancang secara strategis dan efektif, menyesuaikan pesan dengan kebutuhan nyata umat.
Lebih dari itu, transformasi sosial yang dilakukan melalui dakwah hendaknya bersifat inklusif. Dakwah tidak boleh menjadi alat eksklusif kelompok tertentu atau menjatuhkan kelompok lain. Sebaliknya, dakwah harus merangkul seluruh elemen masyarakat dengan semangat kasih sayang, kesetaraan, dan kemanusiaan. Prinsip ini sesuai dengan visi Islam sebagai agama yang membawa kedamaian dan kemajuan.
Di era modern ini, media juga menjadi alat penting dalam dakwah sosial. Melalui media digital, pesan-pesan dakwah dapat menjangkau berbagai lapisan masyarakat dengan lebih cepat dan luas. Namun demikian, penggunaan media harus diiringi dengan etika dakwah agar tidak menimbulkan disinformasi atau konflik sosial.
dakwah yang efektif bukan hanya yang mampu menyentuh hati, tetapi juga yang mampu menggerakkan perubahan sosial yang konstruktif. Dakwah dan transformasi sosial adalah dua sisi yang tidak dapat dipisahkan. Ketika dakwah dilakukan secara ilmiah, kontekstual, dan menyentuh kebutuhan umat, maka ia akan menjadi kekuatan besar dalam membangun masyarakat yang adil, makmur, dan bermartabat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI