Mohon tunggu...
Maria Friday
Maria Friday Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Atma Jaya Yogyakarta

Mahasiswa yang sedang berusaha menjadi sukses.

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Pentingnya Jurnalisme Berperspektif Gender Dalam Jurnalisme Online

26 Oktober 2020   02:49 Diperbarui: 26 Oktober 2020   03:32 1428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berbicara tentang citra perempuan dalam media, tentu akan berkaitan dengan isu bias gender sering terjadi di media berita. Isu bias gender ini kemudian menjadi kekhawatiran berbagai pihak, khususnya kaum perempuan di Indonesia.

Berangkat dari hal tersebut, maka dibutuhkan kehadiran jurnalisme berperspektif gender untuk menjadi penengah dan pembela kaum perempuan yang termarginalkan dalam media. Artikel ini akan menelaah tentang pentingnya jurnalisme perspektif gender dalam jurnalisme online masa kini.

Jurnalisme Online dan Ketimpangan Gender

Perkembangan teknologi membuat kita begitu dekat dengan di Internet. Berbagai hal bisa didapatkan dengan mudah, misalnya mencari informasi atau berita secara online. Jurnalisme online kemudian menjadi jawaban bagi masyarakat dalam mencari berita di ranah online.

Jurnalisme online merupakan jurnalisme yang memproduksi konten digital meliputi gambar, audio, video, hingga teks yang dipublikasikan melalui World Wide Web sebagai elemen grafis internet (Widodo, 2020).

Melalui jurnalisme online kita dapat menemukan beragam topik berita seperti berita ekonomi, politik, nasional, hingga berita mengenai kasus kejahatan. Namun dalam beragam berita tersebut, terdapat berita yang cukup memprihatinkan yakni, berita mengenai kasus pemerkosaan di Indonesia.

Hal ini disebabkan oleh pemberitaan tentang perempuan, khususnya kasus pemerkosaan masih terdapat adanya ketidakadilan atau ketimpangan gender dalam isi berita. Ketidakadilan gender adalah ketika seseorang diperlakukan secara berbeda dan tidak adil atas dasar alasan gender (Vries, 2006).

Adapun bentuk ketidakadilan gender, yakni seperti Marginalisasi, Subordinasi, Stereotipe, Beban Kerja Berlebih, Kekerasan.

Pentingnya Jurnalisme Berperspektif Gender Dalam Berita Online

Pemberitaan kasus pemerkosaan di Indonesia cenderung berat sebelah, dalam arti belum menunjukkan adanya kesetaraan gender dalam berita. Selain itu, dalam beberapa berita, perempuan justru dibuat seperti objek oleh media untuk mengundang pembaca. Oleh karena itu, diperlukan jurnalisme berperspektif gender.

Menurut Subono, jurnalisme berperspektif gender praktek jurnalistik yang kerap menginformasikan atau menggugat secara terus menerus, baik dalam media cetak (seperti, majalah dan surat kabar) maupun media elektronik (seperti, televisi dan radio) apabila terjadi adanya  ketidaksetaraan dan ketidakadilan antara laki -- laki dan perempuan, keyakinan gender yang menyudutkan atau membuat representasi perempuan yang  sangat bias gender (Santi, 2007).

Abrar berpendapat bahwa pengembangan terhadap jurnalisme berperspektif gender meliputi tiga tingkatan, yakni pada tataran kognitif, level organisasi atau institusi media, dan keterampilan jurnalistik. Berikut gambar mengenai tingkatan (Yusuf, 2004), antara lain:

Pada analisis ini, saya memilih Tribunnews.com sebagai objek pengamatan untuk diteliti. Tribunnews.com adalah salah satu portal berita online di Indonesia, yang dikelola oleh PT Tribun Digital Online di bawah naungan Kompas Media Group.

Alasan pemilihan Tribunnews.com sebagai objek, sebab Tribunnews.com merupakan salah satu situs berita online yang terkenal. Menurut data dari Alexa.com pada tahun 2019 lalu, Tribunnews.com menduduki peringkat nomor satu sebagai portal berita online di Indonesia (Untari, 2019).

Hal lain yang mendorong saya untuk menganalisis berita di situs Tribunnews.com ialah penggunaan kata yang eksplisit pada judul berita pada berita di Tribunnews.com yang menarik minat saya untuk menelaah isi berita di dalamnya.

Ketika melakukan pengamatan ditemukan beberapa berita yang ternyata belum sensitif gender, antara lain sebagai berikut:

(sumber: dokumen pribadi)
(sumber: dokumen pribadi)

(sumber: dokumen pribadi)
(sumber: dokumen pribadi)

Berdasarkan sepuluh berita di atas, saya menemukan beberapa hal yang penting yang perlu diperhatikan, seperti yang pertama yaitu judul dari artikel-artikel dalam gambar di atas.

Judul dari artikel terlihat begitu eksplisit dan menggunakan bahasa yang bombastis untuk menarik perhatian pembaca, seperti terdapat kata 'telanjang', 'remas payudara', hingga kata 'terangsang' dalam judul.

Hal ini tentu akan menarik minat pembaca untuk meng-klik dan membaca berita karena terbuai dengan kata dalam judul. Padahal artikel tersebut dimaksud untuk memberitakan isu penting yakni kasus peristiwa pemerkosaan.

Kedua, saya juga menemukan kata atau kalimat yang terkesan seksis dalam berita misalnya kata 'menyetubuhi korban', 'menyalurkan nafsu', 'tergoda kemolekan tubuh korban', 'menggerayangi ketiga tubuh gadis kecil tersebut', 'meremas -- remas kedua payudara', 'memegang kemaluan' dan lain sebagainya.

Penggunaan kata maupun kalimat di atas terasa kurang pantas, apalagi kalau pembaca berita masih di bawah umur. Kata -- kata tersebut juga akan mengundang persepsi atau pikiran negatif terhadap korban dari pembaca berita dan tidak menutup kemungkinan akan membangun adrenalin pembaca untuk melakukan tindakan kriminal.

Ketiga, berita juga menceritakan kronologi dan kondisi korban dengan cukup vulgar bahkan kejam, yang dapat membuat pembaca berimajinasi dan membayangkan tentang reka adegan pemerkosaan. Misalnya pada salah satu artikel dalam tabel, yakni berita 'Tergoda Lekuk Tubuhnya, Kakak Nekat Panjat Tembok Kamar Lalu Setubuhi Adik Kandung'.

Kronologi peristiwa dinarasikan yaitu seperti, "Pelaku menyekap mulut korban sambil menimpa badannya, kemudian pelaku berusaha melepaskan pakaian (celana) yang digunakan korban dan terjadilah persetubuhan" -- Reskrim Polres Mempawah AKP Muhammad Rezky Rizal

Pada artikel -- artikel dalam tabel, kronologi peristiwa dominan diceritakan secara detail dan eksplisit. Hal yang menjadi kekhawatiran ialah rata-rata umur korban dalam beberapa berita kasus pemerkosaan yang saya temukan masih tergolong belia.

Berita yang seharusnya menjadi sumber informasi untuk menghimbau dan mencegah kejadian agak tidak terulang kembali, justru malah menjadi penyalur imajinasi negatif para pembaca.

Tidak hanya itu, penggambaran korban wanita dalam isi berita juga cukup menunjukkan ketidaksetaraan gender, di mana wanita terlihat disudutkan karena menggunakan pakaian yang seksi atau pada saat kejadian pakaian mereka tersingkap dan menunjukkan lekuk badan, sehingga mengundang nafsu dan menjadi penyebab peristiwa.

Pemberitaan media seharusnya netral terhadap gender, namun realitanya berita yang tentang kasus pemerkosaan seringkali dibuat seolah -- olah perempuan lah yang menyebabkan dirinya terjebak dan mengalami peristiwa kriminal berupa pemerkosaan atau pelecehan seksual.

Hal -- hal yang telah dijabarkan di atas menunjukkan minimnya netralitas terhadap gender, terutama pada kaum perempuan dalam media berita. Kesetaraan gender menjadi isu penting yang perlu dijadikan sorotan dan perhatian oleh kita.

Selain itu, media berita online juga seharusnya tidak mengutamakan jumlah pembaca (viewer) demi mendapatkan pasokan iklan, dan menggunakan wanita sebagai objek komoditas yang dijual kepada pembaca.

Rendahnya kesadaran akan kesetaraan gender pada media dan jurnalis serta selera pasar yang memaksa para jurnalis untuk tunduk menjadi penyebab utama, maka itu diperlukan jurnalisme berperspektif gender.

Namun, tingkat keberadaan jurnalisme berperspektif gender masih minim di Indonesia, sehingga berbagai pihak sedang mencoba untuk membangun adanya perspektif atau sensitif gender dalam diri para jurnalis.

Padahal kondisi media online di Indonesia masih darurat dalam merepresentasikan kesetaraan gender. Jurnalisme berperspektif gender menjadi kebutuhan penting bagi kaum perempuan di era digital.

Hadirnya jurnalisme tersebut akan membantu para perempuan dan kaum yang termarjinalkan untuk bisa menyuarakan pendapat mereka isu ketidaksetaraan gender dalam media.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun