Mohon tunggu...
Ida Hutasoit
Ida Hutasoit Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Editor

Menulislah dengan hati. Menulislah karena cinta. Niscaya tulisanmu berguna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Di Meja Operasi, Aku Dibawa ke Surga

21 Februari 2018   15:29 Diperbarui: 21 Februari 2018   18:59 598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 18 Desember 2008 menjadi hari yang tak terlupakan bagi Billyanto Tedjosoewignjo. Saat itu, Billy yang sedang bertugas di Menara Doa terkena serangan stroke.  Detik itulah, dunia  pria  kelahiran 26 Agustus 1963 ini seolah runtuh. Segala yang ia miliki seperti direnggut secara paksa, tanpa ia mampu menolaknya. Namun, seiring berjalannya waktu, Billy bersama istri kemudian mengerti bahwa melalui peristiwa getir itu Tuhan sesungguhnya sedang memproses dan mempersiapkan mereka untuk mengemban tugas besar dan mulia ; menolong orang-orang yang menderita penyakit berat. Berikut kisah lengkapnya....

Hari itu saya sedang berugas di Menara Doa. Tetiba saya merasakan lidah kelu dan mengeluarkan air liur. Di saat yang sama, istri saya yang bekerja di salah satu rumah sakit swasta di kawasan Serpong menelpon. Sesaat setelah mendengar suara saya, ia  pun segera menyadari kalau bicara saya cadel, lantas meminta saya turun dari lantai 3 untuk memeriksakan diri ke salah satu klinik yang letaknya tak jauh dari Menara Doa, sambil berjanji akan segera datang menemui saya.

Setelah diperiksa, dokter mengatakan saya terkena Belpasi biasa.  Setelah diberikan obat, saya dan istri lantas pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, saya langsung tertidur cukup lama. Sorenya sekitar jam 3 sore, istri membawa saya ke rumah sakit Omni untuk dilakukan fisio terapi. Tetapi siapa nyana, sesampai di sana dokter yang memeriksa justru memvonis saya terkena stroke sehingga saya tidak dibolehkan pulang.

Saya langsung  dimasukkan ke bagian saraf untuk  dilakukan MRI. Keesokan paginya, dokter menyarankan agar saya segera dioperasi! Saya dan istri bingung dan shok. Bukan saja karena  saat itu kami tidak punya uang, tetapi  juga tidak menyangka kalau kondisi saya sudah separah itu. Ternyata di otak saya sudah terjadi perdarahan yang cukup luas.  Kalau tidak segera dioperasi, akibatnya bisa sangat fatal! Di tengah kekalutan, Tuhan memberi mukjizatNya. Ternyata malam itu teman-teman  datang untuk mendoakan dan masing-masing membawa amplop berisi uang untuk membayar down payment (DP) biaya operasi. Ajaibnya, totalnya persis dengan yang kami butuhkan, 20 juta rupiah! Betapa luar biasanya Tuhan, Ia bekerja melalui teman-teman baik kami yang penuh perhatian. 

Selesai operasi pembedahan otak (amniotomi) yang memakan waktu selama 4 jam, ketika didorong dari meja operasi ke ruang ICU, saya sudah dalam kondisi sadar dan mengenali semua orang yang menunggui saya saat itu. Menurut dokter, itu sesuatu yang tidak lazim sekaligus luar biasa. Umumnya tidak seperti itu kondisi orang pasca operasi dengan kasus seperti saya. Saya bahkan bisa melambaikan tangan ke arah sanak keluarga, teman, rekan kerja yang menatap saya penuh sukacita dan harapan. Dan pada saat itulah saya  baru sadar, kalau  ada dua malaikat berdiri di antara orang-orang itu.

Empat Jam Mengunjungi Surga

Selagi saya berada di meja operasi selama 4 jam, Tuhan membawa saya ke Surga. Saya melihat roh saya meninggalkan tubuh saya, dan di saat itu saya melihat bahwa Tuhan sendirilah yang mengutak-atik kepala saya. Selama di meja operasi saya banyak berbicara dengan Tuhan. Saya juga diperlihatkan banyak malaikat yang berdiri mengelilingi saya. Jumlahnya ada jutaan. Setiap kali makhluk-makhluk berwarna hitam mau mendekat, malaikat-malaikat itu langsung menghajar mereka, sehingga mereka tidak bisa menerobos. Malaikat-malaikat itu menaikan pujian dan penyembahan. Ketika operasi selesai, satu persatu malaikat-malaikat itu memberi saya ucapan selamat.

Di Surga saya melihat sebuah taman yang sangat indah. Taman yang tidak pernah saya lihat sebelumnya di dunia. Selain dihiasi buah-buahan yang belum pernah saya lihat dan pasti enak rasanya, tempat itu juga dipenuhi dengan permata. Benar-benar pemandangan yang menakjubkan! Saya sempat bertanya : "Tuhan, apakah yang telah saya lakukan sejak bertobat hingga hari ini berkenan di hatiMu? Sebab itu sangat penting buat saya. Lalu Tuhan jawab : "Billy, semua yang kamu lakukan sejak bertobat hingga saat ini berkenan di hatiKu." Saya lalu menangis sejadi-jadinya, layaknya anak kecil. Saya pegang kaki Tuhan seperti tidak ingin saya lepas. Kemudian Tuhan mengangkat dan memeluk  saya. Seketika saya merasakan sukacita yang tiada tara!

Sewaktu saya ceritakan rasa sakit dioperasi, Tuhan memperlihatkan wajahNya saat dimahkotai duri. Mahkota itu tembus 8 cm ke dalam kepalaNya. Pandangan itu sangat jelas. Tuhan lalu berkata, "Kamu sekarang tidak rasakan sakit karena ada obat bius, tetapi Aku....," Saya mengerti maksud ucapan Tuhan, dan saya kembali menangis sekuatnya. Saya pikir  Tuhan tidak mengerti apa yang saya rasakan, tetapi sesungguhnya Dia tahu dengan pasti karena Dia pernah mengalaminya. Entah, ada perasaan bahagia  menyelusup karena saya merasa diberi kesempatan oleh Tuhan untuk merasakan apa yang pernah Dia rasakan.

Tetap Melayani di Tengah Keterbatasan

Pasca operasi saya sempat merasa kalau seluruh hidup saya telah direnggut habis. Saya benar-benar down dan terpuruk! Dulu saya adalah seorang kepala pasukan doa, penjaga menara doa dan terlibat dalam pelayanan Orang Gila. Tapi dalam sekejap semuanya hilang! Saya pikir, hidup dan pelayanan saya benar-benar selesai! Kepribadian saya mulai berubah; saya jadi minderan, tidak mau pergi kemana-mana, mudah tersinggung dan marah, dan selalu menuntut diperhatikan. Perubahan ini sempat membuat istri dan anak-anak saya stres. Kami benar-benar melewati pergumulan dan masa-masa yang berat selama 7 bulan!  Belakangan kami baru tahu, justru disitulah Tuhan sedang memproses dan mempersiapkan kami untuk pelayanan yang telah disediakanNya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun