Mohon tunggu...
Ida Hutasoit
Ida Hutasoit Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Editor

Menulislah dengan hati. Menulislah karena cinta. Niscaya tulisanmu berguna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ada Jawaban di Setiap Doa

30 Januari 2018   11:12 Diperbarui: 31 Januari 2018   07:28 1351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mariandi atau pria yang akrab disapa Ryan ini sebelumnya tak pernah membayangkan rumah tangga yang dibangunnya bersama istri, Ivana Rini Sunarwan, akan menghadapi ujian yang cukup berat dan panjang. Empat setengah tahun ia dan istri harus bersabar menanti hadirnya tangisan dan tawa seorang bayi menghiasi rumah mungil mereka. 

Meski sempat dilanda kekhawatiran, namun kesabaran dan ketekunan doa yang mereka lakukan bertahun-tahun lamanya akhirnya berbuah manis. 16 Februari 2013 lahirlah bayi laki-laki sehat, yang kemudian mereka beri nama Jonathan Xavier Lie.  Berikut kisah lengkapnya, seperti yang dituturkan Ryan kepada penulis......

Saya menikah pada pertengahan September 2008. Awal-awal pernikahan, rumah tangga kami berjalan baik-baik saja tanpa masalah berarti. Di saat itu, saya sempat berpikir untuk tidak punya anak dulu dengan alasan kami belum memiliki kendaraan. Pikiran saya simpel saja, kalau anak sakit misalnya, tentu kami akan kerepotan mengantarnya ke rumah sakit karena tidak punya kendaraan sendiri.

Tahun pertama kami masih enjoy tanpa kehadiran anak. Namun di tahun-tahun berikutnya, kami mulai dilanda keresahan. Apalagi saya dan istri sudah kepingin menimang bayi. Pada kondisi itu, saya diingatkan kembali dengan seorang hamba Tuhan pernah berkata pada saya, "Ryan kamu harus lebih beriman." Saat itu saya hanya bertanya dalam hati, apa maksud perkataan itu? Apakah ini nubutan bahwa saya dan istri akan lama mendapatkan anak? Entahlah. Tetapi entah kenapa saya tetiba diingatkan berulang-ulang tentang pikiran dan perkataan yang pernah saya lontarkan dulu, yaitu keinginan untuk menunda anak. Sempat terbersit sesal mengapa saya melontarkan perkataan itu. Dan Tuhan mengingatkan saya untuk segera melakukan tindakan iman dengan mencabut perkataan itu.

Saya disadarkan, dengan perkataan dan pikiran itu saya seolah membatasi kuasa Tuhan. Saya memakai logika saya, kalau ekonomi saya pada saat itu belum cukup mapan untuk  memenuhi kebutuhan anak kami kelak. Tapi seiring perjalanan waktu, Tuhan justru menunjukkan kepada saya bagaimana pemeliharaanNya terus mengalir dalam kehidupan rumah tangga kami. Tuhan memberikan apa yang saya perlukan; rumah, mobil dan pekerjaan yang baik. Di situlah saya menarik pelajaran berharga, bahwa Tuhan sanggup memenuhi dan mencukupkan kebutuhan umatNya, bahkan Ia sanggup menyediakan sesuatu di luar akal pikiran kita.  Yah, jangan pernah batasi kuasa Tuhan!

Berdoa dengan Tiada Putus

Kadang saya dan istri stres bila ada pertanyaan-pertanyaan baik dari teman-teman atau keluarga, kapan punya anak? Kami hanya bisa berdoa setiap malam agar Tuhan segera mengaruniakan kami anak, sekaligus mengerjakan apa yang menjadi bagian kami. Di tahun kedua pernikahan, kami mulai memeriksakan diri ke dokter dan puji Tuhan hasilnya kami berdua sehat dan normal. Masuk tahun ke tiga, Tuhan belum juga menjawab doa dan usaha kami. Kemudian tahun keempat, atas saran istri, kami berobat ke sinse. Saya dan istri pun mulai minum ramu-ramuan.

Di saat yang bersamaan semangat saya pun mulai kendor. Mengapa doa kami belum juga dijawab? Doa-doa kami seolah hanya membentur langit-langit rumah. Sampai kapan penantian kami, Tuhan? Sampai-sampai doa yang kami lakukan terasa sebagai rutinitas. Di saat-saat seperti itu, saya dikuatkan oleh firman Tuhan yang berkata,"Diberkati buah kandunganmu..." Kembali muncul keyakinan di hati kami bahwa Tuhan akan mengabulkan apa yang kami doakan. Seperti iman Sadrakh Mesakh Abednego, yang sekalipun Tuhan tidak menolong mereka tetap akan menyembah Tuhan, saya pun percaya apapun yang terjadi Tuhan pasti campur tangan. Justru di tengah pergumulan ini saya dan istri sedang Tuhan bentuk dan proses.

Satu kali, saya dan istri pergi ke satu kegiatan doa yang diadakan oleh gereja tempat kami beribadah. Awalnya saya merasa tertarik ingin mendengar kesaksian Hamba Tuhan dari luar Negri yang melayani di Acara Doa itu. Dan ternyata pagi itu ada tantangan maju ke depan bagi mereka yang sedang bergumul sesuatu agar didoakan. Saya dan istri bergegas maju. Kami bersehati meminta anak, karena itulah satu-satunya pergumulan yang sedang kami hadapi saat itu.

Kuasa doa memang besar! Tidak lama setelah itu, sekitar dua atau tiga bulan, istri saya pun hamil! Awalnya saya sempat tidak percaya. Namun setelah dilakukan tes berkali-kali baik lewat uji test peck hingga pemeriksaan dokter, istri saya dinyatakan positif hamil! Tak terkirakan betapa bahagianya hati kami menerima kabar itu! Saya dan istri bersyukur Tuhan telah mempercayakan kami untuk menerima keturunan.

Penantian Berbuah Manis

Sejak kehamilan pertama istri saya, saya dan istri selalu mendoakan agar anak kami kelak lahir dengan sehat, menjadi anak yang cerdas, berhikmat 10 kali lipat dari anak-anak lain, dan mengandalkan Tuhan sepanjang hidupnya. Masa-masa kehamilan dijalani istri saya dengan mulus. Tetapi pada kehamilan bulan ke-7, anak dalam kandungan istri saya terlilit tali pusar yang menghambat pertumbuhan janin. Kami sempat panik dan stres. Namun Puji Tuhan, tak berapa lama tali pusarnya sudah kembali pada posisi normal.

Tetapi iman kami ternyata tidak diuji hanya sampai di situ. Dokter memvonis berat badan bayi kami tidak normal, karena bayi lahir rata-rata di atas 2.5 kg, sehingga istri saya pun disarankan untuk lahiran dengan cara caesar. Saya sempat komplain pada istri dan menghakiminya tidak menjaga dengan baik bayi di dalam kandungannya. Namun, Tuhan memberi hikmat agar kami meminta second opinion ke dokter kandungan lain. Hasilnya ternyata bagus dan berat bayi kami sesungguhnya normal. Kami pun sangat lega.

Namun sesaat sebelum kelahiran, denyut jantung bayi di kandungan istri saya sangat cepat sehingga diputuskan harus segera dilakukan tindakan operasi. Setelah berdoa, akhirnya kami mengikuti saran dokter. Bayi kami pun lahir dengan selamat dan sehat. Begitu juga istri saya, Puji Tuhan! Rasanya bagaikan mimpi saya telah menjadi seorang ayah.  Oya, sebelum anak saya lahir, mama dan saya pernah diberikan mimpi oleh Tuhan yang menunjukkan bahwa anak yang lahir nanti adalah laki-laki. Dan mimpi itu menjadi kenyataan. Harapan saya dan istri, kelak ia menjadi anak yang cinta Tuhan sepanjang hidupnya. Menjadi orang yang berdampak! Seorang history maker!

Dari pengalaman saya ini, ada nilai-nilai rohani yang saya dapatkan. Pertama, jangan pernah merasa pintar dan membatasi kuasa Tuhan dengan logika kita. Kedua, percaya bahwa pertolongan Tuhan tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat, melainkan tepat waktu. Ia tahu yang terbaik buat segala sesuatunya! Jadi, andalkan Tuhan dalam setiap pergumulan hidup yang kita hadapi dan jangan lekas-lekas menyerah! Ketiga, selalu ada jawaban dari setiap doa yang kita naikkan dengan tulus hati dan murni di hadapan Tuhan. Hanya butuh iman dan percaya untuk kita menerimanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun