Mohon tunggu...
Ichvan Sofyan
Ichvan Sofyan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Rimbawan

Rimbawan

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Memoar di Repong Damar, Harmoni Aspek Ekologi, Ekonomi, dan Budaya

22 Mei 2019   21:28 Diperbarui: 22 Mei 2019   21:45 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Shorea javanica juga  termasuk jenis pohon yang perkembangbiakannya sangat lambat. Menurut masyarakat yang ada di Pahmungan, rata-rata pohon ini hanya berbunga setiap 5 tahun sekali. Hal ini senada dengan pernyataan de Forest et al. (2000) bahwa  damar mata kucing merupakan jenis yang sulit untuk bereproduksi karena  musim berbunga damar mata kucing biasanya terjadi 4-5 tahun sekali.

Selain persebaran yang terbatas dan perkembangbiakannya yang lambat, laju kerusakan hutan yang tinggi juga menjadi faktor utama berkurangnya jumlah Shorea javanica di kawasan hutan. Aktivitas perusakan hutan seperti perambahan dan illegal logging (pembalakan liar) menjadi penyebab berkurangnya jumlah Shorea javanica di kawasan hutan.

Melihat semakin terdesaknya Shorea javanica di kawasan hutan, akhirnya membuat pohon ini masuk dalam  dokumen Strategi dan Rencana Aksi Konservasi (SRAK). SRAK sendiri adalah upaya kerja sama yang dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dan Forum Pohon Langka Indonesia (FPLI), untuk menyelamatkan pohon-pohon langka di Indonesia. Dalam  dokumen SRAK ini, Shorea javanica masuk dalam Prioritas II, yaitu jenis pohon yang mendesak untuk dilakukan konservasi atau penyelamatan karena tingkat keterancamannya tinggi serta ancaman kepunahan yang terus menerus berlangsung.

Selain masuk dalam dokumen SRAK, IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) selaku organisasi perlindungan sumber daya alam hayati tingkat internasional juga memasukan Shorea javanica sebagai jenis yang keberadaanya genting (Endangered). Sebaran yang terbatas serta penurunan poulasi yang terus menurus terjadi adalah faktor utama pohon ini sekarang masuk dalam status endangered.

Belajar dari Repong Damar

Memperihatinkan memang melihat kondisi keberadaan Shorea javanica di kawasan hutan yang semakin berkurang. Beruntungnya, disaat Shorea javanica semakin sulit ditemukan di hutan, keberadaannya di Kabupaten Pesisir Barat masih tetap terjaga, bahkan telah menjadi bagian budaya masyarakat.

Bagi masyarakat Pesisir Barat khususnya Pekon Pahmungan, keberadaan Repong Damar adalah bagian budaya yang tidak bisa ditinggalkan. Aktivitas perkebunan ini sudah mengakar dan menjadi budaya setempat sejak pertama kali dilakukan penanaman Shorea javanica secara besar-besaran tahun 1927. Bahkan seorang pemilik repong damar pun dilarang menebang pohon ini tanpa kebutuhan yang mendesak, dan kalaupun terpaksa menebang karena kebutuhan yang mendesak, harus mengganti dengan menanam bibit Shorea javanica di tempat pohon tersebut ditebang. Kearifan lokal inilah yang sampai saat ini  membuat keberadaan Repong Damar masih tetap eksis.

Repong damar sebenarnya bukan hanya hamparan kebun yang berisi pohon damar mata kucing saja, tapi banyak juga jenis-jenis pohon  seperti duku, nangka, melinjo, jengkol, dan durian tumbuh berdampingan, hanya saja jumlah pohon damar mata kucing yang paling dominan di sini. Oh iya, masyarakat Lampung menyebutnya damar mata kucing karena pohon ini menghasilkan getah berwarna kuning bening dan mengkilat seperti layaknya mata seekor kucing. Nah getah damar inilah yang sebenarnya menjadi hartanya masyarakat Lampung.

Bagi masyarakat Pesisir Barat khususnya Pekon/Desa Pahmungan, Repong Damar adalah segalanya. Berbagai profesi  lahir dari petak-petak Repong Damar ini, mulai dari penyadap getah, pengangkut, penyortir, pengepul getah, hingga eksportir damar. Bisa dikatakan "Tak ada getah damar, tak ada pula dapur yang mengepul setiap pagi".

Berdasarkan data BAPPEDA Kabupaten Pesisir Barat tahun 2016, total luas areal Repong Damar mencapai 17.160,75 ha dengan produksi sekitar 6.720,2 ton/tahun. Produksi yang melimpah iniah yang pada akhirnya menempatkan Pesisir Barat menjadi pemasok damar mata kucing terbesar di Indonesia dengan sumbangsih 80% dari total produksi nasional.

Tidak hanya produksi yang besar, getah damar dari Pesisir Barat juga terkenal dengan kualitasnya yang tinggi. Biasanya getah dengan kualitas tinggi ini diekspor ke negara Eropa dan Asia seperti Italia, Prancis, Jerman, Belgia, India,  Filipina, Uni Emirat Arab, Banglades, dan Pakistan. Nantinya getah ini digunakan sebagai stabilizer pada industri cat, tinta, farmasi, dan kosmetik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun