Mohon tunggu...
Muhammad Nur Ichsan
Muhammad Nur Ichsan Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Saya mahasiswa UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA jurusan Ilmu Komunikasi angkatan 2014

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Harga Mahasiswa

21 September 2014   23:56 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:00 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berfikir berulang kali sering dilakukan oleh mahasiswa (yang berfikir) tentunya, mengingat diri nya adalah mahasiswa perantau dari belahan penjuru Indonesia mulai dari perkampungan, pedesaan dan lain – lain. Berfikir memutar otak bagaimana cara nya hidup di “negeri” orang tentunya dengan pengeluaran yang hemat.

Namun dari hal tersebut sering kali mahasiswa masih kebingunganmengatur keuangan, sehingga belum bisa membuat arsip terperinci tentang pengeluaran itu sendiri, seperti hal nya saya ketika baru masuk kuliah, jangka waktu dua minggu saya menghabiskan uang sebanyak Rp 2.000.000 (dua juta) tentun nya itu semua bukan untuk makan saja, yang pasti dibelikan peralatan – peralatan yang menunjang juga untuk kebutuhan di kostan.

Bercerita dengan teman seperjuangan, rupanya bukan saya saja yang menghabiskan uang dua juta dalam kurun waktu dua minggu, teman saya pun seperti demikian lantas dalam benak saya terbesit “oooh rupanya bukan saya saja yang seperti ini orang lain juga sama” saya berkata pada teman saya “ berarti kita masih di garis kewajaran kan ?” teman saya sontak menjawab “ bukan wajar, tapi kita masih bodoh megang uang dua juta habis dalam dua minggu “ dari jawabannya itu saya berfikir dan terus berfikir, serta bertanya pada diri sendiri saya harus merubah pola hidup saya.

Terlepas dari itu semua, tidak bisa dipungkiri bahwa realitas hidup mahasiswa perantau sangat lah memprihatin kan, kenapa ? karena dari cara berfikir tersebut ada sisi positif dan negative nya.

Pertama dari sisi positif


  • Melatih daya fikir kita bagimana cara hidup mandiri (menghasilkan uang sendiri) tanpa harus bergantung pada orang tua lagi, tentunya jika hal tersebut bisa tercapai akan memberikan keringanan sekaligus kebahagiaan pada orang tua kita.

  • Terlahir nya jiwa wirausaha yang bisa meraut pundi – pundi rupiah ke kantong kita, tentunya dengan pemikiran yang kretif, inofatif dan bahkan dari bisnis nya tersebut bisa menghantarkannya ke pekerjaan yang sesungguh nya.

Ada beberapa bisnis alternative yang bisa dicoba oleh seorang mahasiswa untuk menunjang kehidupannya nya selama diperantauan :

1.Membuka les / privat

Hal ini bisa dilakukan pada anak SD, bahkan bisnis ini tidak memerlukan modal hanya saja bermodalkan ilmu yang kita punya.

2.Bisnis online

Seperti jual barang online, blogers, pasang iklan dan lain – lain.

3.Jasa fotografi

Hal ini mudah dilakukan apalagi anda yang mempunyai keahlian lebih dibidang fotografi, anda cukup datang ke area wisata dan disanalah anda bisa menawarkan jasa fotografi anda.

Kedua dari sisi negative

Bagi mahasiswa yang tidak mempunyai atau tidak berkeinginan mengembangkan pola fikir nya namun ingin hidup hemat, tentu ini sangat berat dijalani. Karena pola berfikir satu arah akan menghambat pemikiran kita akan sukses dan tidak nya hidup seseorang. Terkadang orang dengan tipe seperti ini cenderung akan menyiksa diri nya tanpa ia sadari, seperti contoh :

·Demi menghemat pengeluaran ia makan hanya 2x dalam sehari, padahal rutinitas kebiasaannya biasa makan 3x sehari, tentunya dengan menahan lapar demi menghemat uang itu, akan menyiksa kita.

·Seorang mahasiswa akan pelit terhadap dirinya sendiri, ketika akan mengeluarkan seribuan dari dompet nya ia akan berfikir berulang kali, padahal untuk membeli hal yang sangat penting sekalipun.

·Akan terciptanya pola fikir yang perhitungan, tentu dalam perhitungan itu sendiri sangat lah baik jika diterapkan pada posisinya yang tepat, akan tetapi jika salah menempatkannya itu akan menjadi permasalahan tersendiri. Contoh terlalu perhitungan dengan teman , hal ini lah yang tidak tepat dan akan menimbulkan kesenjangan social anda.

·Puasa bukan menjadi tujuan ibadah, melainkan keterpaksaan yang timbul dari diri seorang mahasiswa yang ingin menghemat apalagi menjelang akhir bulan. Ini lah paradigma yang melenceng dari benak mereka, dan mengalih fungsikan ibadah menjadi metode mengatasi pengeluaran agar lebih hemat, tentunya ini bersifat mubadzir dalam hal peribadatannya.

·Memaksakan diri disetiap kondisi, artinya jika kita analogikan seorang mahasiswa yang tengah sakit namun mempunyai cucian yang sangat banyak, jika ia berfikir untuk mengirimkan cuciannya ke loundy berapa biaya yang harus dikeluarkan ? ambil saja angka 10.000 nah dengan pemikiran yang berulang – ulang dia memutuskan untuk menyuci sendiri, karena menurut pemahamannya uang 10.000 itu cukup untuk makan selama dua hari. Dengan keadaan yang sakit ini lah dia paksakan untuk menyuci sendiri tanpa memikirkan kesehatannya . Lantas yang menjadi pertanyaannya, apakah dia akan sehat tanpa mengkonsumsi obat ? analogy yang masuk akal seseorang haruslah meminum obat saat sakit, nah untuk memperoleh obat itu sendiri lah, yang bisa jauh lebih mahal harganya dibandingkan biaya cuci laundry.

Tipe demikianlah yang tidak punya pemikiran yang panjang, sehingga dia tidak bisa memproses dan menyaring lebih jauh lagi akan efesien dan tidak nya pengeluaran tersebut.

Dari paparan diatas tentunya kita dituntut untuk bisa mengembangkan pola fikir kita tanpa harus menyakiti / menyiksa diri kita, orang yang sukses adalah orang yang berani bertindak, berani mengesekusi dengan pemikiran yang matang dibenaknya !

Salam mahasiswa !

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun