Mohon tunggu...
Anisah NurAzizah
Anisah NurAzizah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi semester 2 Biologi Universitas Airlangga

Menyukai konten sains dan teknologi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Dampak Perubahan Iklim terhadap Eksistensi Manusia di Masa Depan

7 Juli 2022   05:30 Diperbarui: 7 Juli 2022   05:35 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Beberapa waktu lalu, terdengar kabar bahwa sepuluh tahun kedepan Kota Jakarta akan segera tenggelam. Hal ini merupakan satu dari beberapa skenario yang diperkirakan saintis akibat terjadinya perubahan iklim. Perubahan iklim mengacu pada perubahan jangka panjang dalam suhu dan pola cuaca. 

Pergeseran ini mungkin alami, seperti melalui variasi siklus matahari. Namun sejak tahun 1800-an, aktivitas manusia menjadi pendorong utama perubahan iklim, terutama akibat pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak dan gas. 

Laporan terbaru UNDP menyebut pemerintah dunia menghabiskan 423 miliar USD per tahun untuk mensubsidi bahan bakar fosil. Apabila hal ini terus dibiarkan manusia akan menuju kepunahan.

Para ilmuwan telah membuat sebuah laporan terbaru mengenai peradaban manusia mungkin akan berakhir dalam tiga dekade akibat krisis iklim jika tidak ada aksi nyata untuk berubah. 

Pada tahun 2020-2030 apabila para pemimpin dunia gagal bertindak sesuai perjanjian paris maka suhu bumi akan kembali menghangat akibat kadar karbon dioksida telah mencapai 437 ppm. Angka ini belum pernah terlihat dalam 20 juta tahun terakhir.

Pada tahun 2030, puncak emisi akan diperkirakan terjadi. Sedangkan pada tahun 2050,suhu makin memanas secara ekstrim. Sebanyak 55% populasi global akan merasakan panas yang akan mencapai 60 derajat dan diperkirakan manusia akan sulit bertahan dalam kondisi tersebut. Kondisi ini akan dirasakan masyarakat di negara Afrika selama 100 hari tiap tahunnya. 

Selain itu, diperkirakan tinggi air laut akan bertambah sekitar 8 cm akibat mencairnya es di kutub selatan maupun di kutub utara. Permukaan laut yang naik drastis akan menyebabkan badai ekstrim. 

Sejumlah kota-kota di pesisir akan tenggelam akibat tersapu pasang dan banjir yang tentunya akan menewaskan ribuan jiwa. Selain itu beberapa kota besar seperti Alexandria, Mumbai, Shanghai, bangkok dan tentu saja jakarta juga akan tenggelam. 

Cuaca ekstrem, kebakaran hutan, kekeringan dan gelombang panas akan sering terjadi. Hal ini akan memicu sulitnya produksi pangan dan sumber air. Manusia akan mengalami kelaparan bahkan kekurangan gizi akibat bahan pangan yang akan meroket harganya. 

Bantuan yang diberikan oleh pemerintah juga akan terhambat akibat bencana yang terjadi dimana-mana. Perubahan iklim yang begitu ekstrim akan berpengaruh dengan meningkatnya perkembangbiakan bakteri,virus dan parasit. 

Wabah penyakit baru akan semakin bertambah akibat variasi mutasi genetik yang tidak dapat dikendalikan yang tentunya akan mengancam jiwa manusia. 

Berbagai masalah tersebut juga akan berdampak pada hubungan internasional akibat propaganda liar. Hal ini akan memicu konflik bersenjata yang bahkan perang nuklir pun akan terjadi. 

Skenario diatas terdengar sangat mengerikan. Kelangsungan hidup manusia dan keindahan alam yang ada di bumi akan punah. Mimpi dan cita-cita yang kita harapkan akan terasa sia-sia apabila kondisi bumi hancur dan tidak ada kehidupan didalamnya. Kita tidak dapat memilih planet lain untuk dihuni. Oleh karena itu diperlukan langkah konkrit untuk mencegah skenario diatas terjadi.

Cop 26 yang dihadiri 197 negara yang berasal dari berbagai dunia telah menandatangani perjanjian paris. Dimana isi perjanjian tersebut merupakan komitmen dari setiap negara untuk melakukan pengurangan emisi Gas Rumah Kaca (GRK), mendorong peningkatan produksi energi terbarukan, mempertahankan suhu global di bawah 2 derajat celcius, atau idealnya maksimal 1,5 derajat celcius dan komitmen menyumbangkan miliaran dolar untuk dampak perubahan iklim yang dihadapi oleh negara-negara miskin dan Memastikan komitmen setiap negara untuk mencapai target pada 2050, yaitu nol emisi dan pengurangan karbon secara progresif pada 2030. 

Hal ini mungkin sulit karena terdapat kepentingan yang berbeda dari tiap negara, tetapi harus tetap dilaksanakan karena langkah dari pemerintah membuahkan hasil yang sangat signifikan terhadap dampak dari perubahan iklim.

Perubahan iklim merupakan isu nyata yang harus dipelajari secara serius. Termasuk mengawal kebijakan dan langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah. 

Selain itu, kita dapat ikut berpartisipasi dengan menerapkan gaya hidup yang ramah lingkungan. Langkah yang dapat dilakukan ialah dengan mengolah sampah dengan bijak seperti membuang sampah pada tempatnya, memilah sampah sesuai dengan kategorinya yaitu organik dan non organik serta mendaur ulang sampah yang masih bisa digunakan. 

Selain itu, mengurangi pemakaian sampah plastik sekali pakai dengan membawa tote bag ataupun alat makan sendiri juga ikut membantu untuk mengurangi dampak dari perubahan iklim yang terjadi. 

Perubahan iklim terus berpacu dengan waktu. Proses yang membuahkan hasil signifikan untuk mengubah masa depan sangat diperlukan dalam waktu dekat ini. 

Dengan demikian, sebagai individu yang eksistensinya ikut terancam, kita memiliki tanggung jawab akan keberlangsungan kehidupan yang layak agar kepunahan tidak dapat terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun