Mohon tunggu...
Icha Nors
Icha Nors Mohon Tunggu... Guru - ibu rumah tangga, pendidik

Berhenti melihat jam/waktu dan mulai melihat dengan mata\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Aku Membenci Bau Kumis Suamiku

11 November 2013   16:37 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:18 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau ngidam didefinisikan sebagai suatu keinginan merasakan makanan secara tiba-tiba dan tidak bisa ditunda, maka bisa dipastikan selama 3 kali kehamilan aku tidak pernah mgidam. Bahkan ketika tetangga dan teman menceritakan soal ngidamnya aku malah menganggapnya aneh. Masak ngidam kok kepingin makan “ampuh,” semacam tanah sedetan /irisan pinggiran bata yang sudah kering.

Justru di luar masa kehamilan, seminggu sebelum datangnya tamu bulanan, aku merasakan rasa yang mungkin disebut ngidam ini. Keinginan makan yang pedas-pedas, gurih dan segar, seperti bakso, bakwan, sayur bening lengkap dengan lauk yang gurih beserta sambal terasinya. Namun keinginan itu masih tetap bisa ditahan.

Boro-boro tertarik pada makanan yang aneh-aneh, masa trimester pertama kehamilanku penuh dengan duka lara. Sehari –hari pengennya meludah terus, mual, ngantuk, perut seperti disodok-sodok, atau kadang malah terasa perih. Pokoknya selama 4 bulan penuh berteman dengan tempat/wadah meludah dan muntah. Malah pada kehamilan pertama dan kedua sampai mendapat rujukan untuk opname di rumah sakit.

Andai bisa memilih, aku akan memilih hamil janin yang sudah berumur 5 bulan sampai melahirkan, dan biar selama trimester pertama itu berada di perut suamiku. Bagiku sakit saat melahirkan tidak seberapa dibanding sakit pada trimester pertama. Sakit saat melahirkan hanya berlangsung sesaat, sedang sakit awal kehamilan berlangsung selama empat bulan penuh. Sampai aku pernah bilang pada suamiku seandainya awal kehamilan tidak sakit, aku mau hamil lima kali.

Meskipun tidak pernah ngidam makanan, tapi aku punya perasaan atau apa namanya ingin jauh dari suami, terutama kalau mencium bau kumisnya, ingin muntah. Atau jangan-jangan ini juga termasuk kategori ngidam.

Alhamdulillah dari kesekian duka lara di awal kehamilanku, belum sekalipun aku meninggalkan tugas mengajarku di sekolah, seloyo apapun. Menurutku aku akan bertambah nelangsa bila kubiarkan diriku berada di atas pembaringan seharian. Berada di tengah-tengah anak-anak dan teman-teman di sekolah sedikit banyak memberiku hiburan dan mengurangi rasa sakit.

Bila empat bulan pertama itu berlalu, berlalulah segala rasa tak enak dan berganti nikmat yang luar biasa. Tak henti-henti bersykur karena ternyata aku bisa hamil, yang membedakan aku yang menandakan aku benar-benar seorang wanita. Sensasi tendangan lembut si jabang bayi seolah mengajak berbincang dengan ibu-bapaknya, sungguh nikmat tiada tara. Apalagi saat-saat mempersiapkan kelahirannya, apapun yang aku punya seolah hanya untuk dia.

Bagaimanapun hamil itu indah,

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun