Sebenarnya sekolah tidak dapat bekerja sendiri dalam meningkatkan minat baca generasi muda, keluarga dan masyarakat harus berperan aktif dalam meningkatkan minat baca generasi muda.Â
Sayangnya, kebanyakan keluarga dan masyarakat ternyata dibesarkan dalam lingkungan yang ternyata tidak memiliki minat baca yang baik sehingga keteladanan dalam membaca sulit sekali ditemukan. Maka tidak heran, apabila Kantor Perpustakaan Nasional Republik Indonesia mencatat 90 persen penduduk usia tidak suka membaca buku.
Itulah sebabnya, untuk sementara waktu peningkatkan minat baca dibebankan ke sekolah dengan cara menjadikan sekolah menjadi sekolah literasi. Menjadikan sekolah literasi dimulai dari kelas-kelas belajar. Program pemerintah yang mencanangkan 15 menit membaca buku selain buku pelajaran itu baik. Sekolah dapat meminta siswa membaca buku yang disukai untuk dibawa ke sekolah.Â
Mungkin akan banyak siswa yang tidak memiliki buku karena keterbatasan akses dan biaya. Solusinya adalah sekolah dapat perlu inisiatif dari sekolah untuk memetakan buku -- buku yang digemari dan sesuai dengan kebutuhan siswa beberapa bulan sebelum tahun pembelajaran dimulai agar buku dapat diperlengkapi di perpustakaan terlebih dahulu sehingga ketika tahun pembelajaran dimulai siswa sudah dapat meminjamnya.Â
Sebagai pembaca pemula, siswa akan suka sekali membaca buku yang tampilannya menarik dan sederhana. Siswa menengah pertama dan atas harus diperkenalkan karya sastra dengan bahasa yang menarik. Seiring dengan perjalanan waktu, siswa akan mulai terbiasa membaca buku yang lebih kompleks sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.Â
Guru harus memberikan teladan yang baik dalam membaca dan menciptakan atmosfir yang nyaman untuk membaca. Setiap akhir minggu, guru dan siswa dapat membagikan apa yang dibacanya atau boleh juga diadakan lomba menulis resume buku antar kelas dengan hadiah yang cukup menarik.
Perpustakaan menjadi tempat yang seharusnya sangat disukai oleh siswa. Alasannya adalah di sana terdapat banyak buku dan suasananya juga menyenangkan. Tidak ada paksaan untuk mengejarkan apapun selain membaca. Karena itu, sekolah perlu memikirkan untuk mendesain perpustakaan menjadi ruang membaca yang menyenangkan.Â
Mendesain perpustakaan supaya terlihat menarik dan indah tidak sulit bagi sekolah memiliki anggaran yang cukup. Mereka mendesain perpustakaannya dengan seperti ruang baca di rumah sendiri. Ada lukisan-lukisan yang tertempel indah di sudut ruangan. Tentu saja sekolah -- sekolah punya caranya sendiri untuk membuat perpustakaan tampak bagus dan nyaman.
Namun, yang paling penting adalah perpustakaan harus selalu bersih dan rapi supaya setiap pengunjung dapat merasakan kenyamanan ketika membaca. Perpustakaan seharusnya dibuka setidak -- tidaknya 30 menit sebelum kelas dimulai dan 2 jam setelah kelas selesai supaya anak -- anak yang datang ke sekolah lebih cepat ataupun yang pulang lebih lama dapat menghabiskan waktu dengan membaca.Â
Perpustakaan harus juga dapat mengikuti zaman dan memakai teknologi yang baru. Bukan hanya daftar buku dan tempatnya yang dapat diakses melalui komputer, tetapi ringkasan singkat tentang isi buku supaya siswa lebih mudah memilih buku.Â