Mohon tunggu...
Ibnu Muhkam Ash Shiddieqy
Ibnu Muhkam Ash Shiddieqy Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional di UPN "Veteran" Yogyakarta

an international relations student who are curious on anythings

Selanjutnya

Tutup

Politik

Harga BBM Naik, Salah Perang?

9 Oktober 2022   09:14 Diperbarui: 9 Oktober 2022   09:19 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Maciej Kolaczkowski, Manajer Industri Minyak dan Gas di Platform Energi, Bahan, dan Infrastruktur Forum Ekonomi Dunia, menjelaskan bagaimana harga minyak mempengaruhi ekonomi global dan implikasi untuk transisi energi. 

Dia menyatakan bahwa "tidak ada yang memiliki bola kristal," namun Rusia mulai menginvasi Ukraina di Bulan Februari 2022. Invasi yang dilakukan Rusia ini akhrinya menjadi topik hangat di seluruh penjuru dunia, terlebih lagi mendapat banyak kecaman dari negara-negara lain. 

Harga minyak dan gas telah meningkat secara tajam, dengan kedua tolok ukur minyak besar diperdagangkan di atas $110, mewakili kenaikan di angka 15%. Saat ini, ekspor energi Rusia tidak dikenakan sanksi. Eropa mencari alternatif, dengan laporan yang menunjukkan bahwa penyuling harus menghindari membeli minyak Rusia. 

Pada saat yang sama, Rusia masih dapat menemukan pasar untuk sebagian besar outputnya dengan menawarkan diskon $15-20. Perang atau Invasi yang dilakukan Rusia ke Ukraina secara gamblang menempatkan ketegangan tambahan pada sistem internasional. Menurut beberapa analisis, risiko gangguan pasokan belum sepenuhnya dihargai, dan kita mungkin berada di atas uptick lain. 

Di sisi lain, negara-negara OECD melepaskan 60 juta barel minyak dari cadangan strategis mereka ke pasar, yang setara dengan 12 hari ekspor Rusia. Langkah ini dimaksudkan untuk meringankan tekanan harga, tetapi seperti yang ditunjukkan sejarah, tindakan seperti itu hanya memiliki dampak jangka pendek dan terbatas pada harga. Apa yang saat ini dirilis perlu diisi ulang dalam waktu dekat. 

Indonesia sebagai negara yang banyak menggunakan bahan bakar minyak, tentu ikut terpengaruh akibat adanya kenaikan harga tersebut. Pertamina Patra Niaga, Subholding Commercial & Trading PT Pertamina (Persero), telah menaikkan harga jual bahan bakar umum (JBU) atau BBM non-subsidi, yaitu kategori pertamax, pertamax turbo, dexlite, dan perta dex. 

Menurut Irto Ginting, Sekretaris Perusahaan Pertamina Patra Niaga, harga bahan bakar non-subsidi akan terus disesuaikan untuk mengikuti tren harga rata-rata publikasi minyak, yaitu rata-rata piring Singapura (MOP) atau Argus. Irto juga menjelaskan bahwa penyesuaian harga untuk Seri Pertamax dan Produk Seri Dex disebabkan oleh kondisi energi global, salah satunya adalah geopolitik di Eropa Timur yaitu Invasi yang dilakukan Rusia ke Ukraina. Kondisi ini menyebabkan permintaan tinggi untuk produk bahan bakar gas di seluruh dunia, dan salah satu pengganti produk bahan bakar gas adalah bahan bakar diesel, yang harganya didasarkan pada minyak tanah. 

Sulit untuk memprediksi ke arah mana situasi dan pasar akan berjalan, namun tampaknya harga energi tinggi akan didorong oleh perang dan dikombinasikan dengan dasar-dasar pasar yang ketat. Harga tinggi akan sangat dirasakan oleh konsumen di pompa, tagihan gas, pemanas dan listrik mereka. Dan harga energi yang tinggi berkontribusi pada peningkatan biaya hampir semua barang dan jasa semakin memicu ekspektasi inflasi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun