Mohon tunggu...
Ibnu Azka
Ibnu Azka Mohon Tunggu... Penulis - Aktivis dan Mahasiswa Pascasarjana UIN SUNAN KALIJAGA

Mencoba Hidup Lebih Berarti

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Imsak Menderita, Magrib Bahagia

25 Maret 2023   03:03 Diperbarui: 1 Agustus 2023   07:41 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Maafkan kami Tuhan, masih menjadi hamba yang saat imsak subuh merasa sebagai tanda penderitaan dan menjadikan adzan magrib sebagai tanda kebahagiaan. Dalam menjalankan ibadah puasa, sudah merupakan hal lumrah jika sekiranya umat Muslim melaksanakan sahur, hal tersebut sangat di anjurkan untuk memberikan stamina agar pada saat berpuasa tidak merasa lemas, banyak juga yang mengkomsumsi vitamin untuk menjaga daya tahan tubuh dari penatnya menahan lapar dan dahaga setelah imsak subuh tiba. 

Selain karena ketahanan fisik, hal lain yang perlu dipahami dari dianjurkannya melakukan sahur sebelum puasa ialah pembiasaan diri untuk bangun tengah malam dengan melakukan shalat malam ataupun amalan-amalan ibadah lainnya, merenung, berdoa, mengaji, baca buku, atau menyiapkan sahur sekalipun.

Oleh karena itu, sangat di anjurkan untuk sahur sebelum berpuasa, bahkan Imam Nawawi mengatakan bahwa salah satu barokah dari makan sahur yaitu untuk menguatkan dan menambah semangat berpuasa (Baca Syarh Shahih Muslim 7:206), hal lain dari pentingnya sahur dilakukan ialah sebagai pembiasaan untuk disiplin waktu, karena waktu sahur sangat dibatasi sampai masuknya imsak subuh, sebahagiaan umat Muslim berhenti sahur sebelum adzan subuh dikumandangkan, hal tersebut agar dapat mempersiapkan diri melaksanakan shalat subuh berjamaah di masjid dan memperbanyak dzikir dan berdoa.

Oleh sebab itu, sahur tidak hanya perihal bangun, makan dan tidur lagi. Tetapi, sahur menjadi momentum intropeksi diri akan niat berpuasa sepanjang hari, lantas sudahkah kita menyiapkan sahur yang berkualitas ? atau hanya menjadikan sahur sebagai bentuk kecemasan karena menjadi batasan untuk makan dan minum. Sejalan dengan hal tersebut, magrib menjadi momentum yang menggembirakan, tidur sebelum subuh dan bangun menjelang magrib, kebiasaan-kebiasaan tersebutlah yang selalu meredupkan semangat kita untuk meraih pahala sebanyak-banyaknya. 

Oleh karenanya, benar saja bahwa panggilan berpuasa hanya untuk orang beriman, bukan untuk orang muslim. Banyak yang mengakui dirinya muslim, tetapi muslim di KTP-nya, sementara konsep keimanan tidak hanya sebatas pengakuan secara administrasi, melainkan diyakini dalam hati, diucapkan dengan lisan dan dilakukan dengan perbuatan.

Maka dari itu, sudah menjadi pemandangan umum jika masjid hanya ramai di awal ramadhan saja, umat muslim semakin lama semakin maju, bukan persatuannya, tapi shaf di masjidnya. 

Juga bukan menjadi hal aneh, jika melihat seseorang tetap berbuat maksiat dimana-mana setelah ramadhan usai, sudah menjadi rahasia umum jika Al-Qur'an hanya di sentuh pada saat bulan ramadhan saja, bahkan sudah sangat lumrah jika melihat shaf subuh di masjid hanya dipenuhi orang tua renta, sehingga umat Muslim semakin mudah digoyahkan oleh kesenangan yang sifatnya duniawi, yang dilarang semakin dilakukan dan yang di perintahkan semakin diingkari, oleh sebabnya masalah terbesar umat muslim ada pada tubuh mereka sendiri. Al Islamu Mahjubul Lil Muslimin.

Jika puasa hanya sekadar menahan lapar, lantas apa bedanya kita dengan hewan yang justru lebih bisa bertahan tanpa makan dan minum lebih lama dari durasi manusia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun