Mohon tunggu...
Nashir Moehammad
Nashir Moehammad Mohon Tunggu... -

Aceh, Lecturer, Tutor, MC, Former Tourism Ambassador, @iamnashir

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

UN, Dramakah?

7 Februari 2018   12:04 Diperbarui: 7 Februari 2018   12:11 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ujian Nasional (UN) masih jadi sesuatu yang horor bagi para pelajar di negeri kita tercinta Indonesia. Bagaimana tidak? Banyak yang berpendapat katanya hasil belajar selama tiga tahun hanya ditentukan kelulusannya dalam waktu tiga hari saja. Really? Terlepas dari pro-kontra, lantas apakah memang begitu adanya? Ayo kita cermati pernyataan "hasil belajar tiga tahun hanya ditentukan selama tiga hari", mungkin ini suatu kalimat yang agak didramatisir. 

Walaupun hanya ditentukan dalam tiga hari namun sebenarnya ini bermakna cukup luas. Apakah dalam tiga tahun tersebut para pelajar "benar-benar belajar"? Apakah selama tiga tahun tersebut para guru benar-benar "serius" dalam mengajar dan mendidik sesuai standar kompetensi yang ada? Apakah tiga tahun belum cukup untuk belajar di sekolah menengah? Tentu saja cukup bukan, bahkan mungkin lebih dari cukup kalau waktu yang ada benar-benar dimanfaatkan. 

Satu hal yang harus digarisbawahi adalah bahwa pelaksanaan UN ini sangat penting untuk menjaga dan mengontrol mutu pendidikan secara nasional. Hal ini sesuai dengan tujuan UN seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003, bahwa UN dilaksanakan sebagai upaya pengendalian mutu pendidikan secara nasional. 

Jika UN ini tidak ada, ditakutkan standar lulusan pelajar akan berbeda-beda di tiap daerah dan tentu saja berimbas pada tidak setaranya mutu pendidikan di seluruh Indonesia. Lalu apakah dengan adanya UN bakal menjamin mutu pendidikan di semua daerah sama? Belum tentu juga, namun minimal pihak-pihak terkait akan berusaha lebih untuk bersama-sama meningkatkan mutu pendidikan di daerahnya masing-masing. 

Memang, terkadang hal-hal yang tidak diinginkan akan terjadi sebagai dampak negatif UN seperti kecurangan, baik "jual-beli soal" ataupun "bocornya" kunci jawaban oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab. Hal ini masih bisa dicegah dengan peran serta kita semua, baik kepala sekolah, guru, orangtua, ulama, pihak kepolisian, masyarakat dan pihak-pihak terkait lainnya. 

Ditengah semakin menjamurnya pro-kontra pelaksanaan UN, bijakkah kalau kita masih menggumamkan tanya: Perlukah UN dilaksanakan? Jawabannya tentu kembali kepada pribadi kita masing-masing. Masih banyak hal positif lain yang masih bisa kita tanyakan seperti: hal apa yang bisa kita lakukan untuk membantu suksesnya pelaksanaan UN? Jawaban bijak nan positif yang bisa kita berikan adalah dukungan. 

Pemberian dukungan akan berimbas pada meningkatnya kepercayaan diri seluruh elemen pendidikan khususnya siswa, guru dan kepala sekolah sebagai pemeran utama dalam drama UN itu sendiri. Memang harus diakui bahwa bukan hal yang mudah untuk meningkatkan mutu pendidikan suatu bangsa, apalagi hasil dari suatu proses pendidikan baru bisa dilihat setelah beberapa tahun kemudian. Mari sama-sama kita terus mendukung dan memberikan feedback positif dalam penyelenggaraan UN. Harapan kita bersama agar mutu pendidikan di negara kita semakin maju bakal terwujud kedepannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun