Mohon tunggu...
Mahéng
Mahéng Mohon Tunggu... Author

Mahéng menulis di berbagai platform. Di Kompasiana, ia belajar menguleni isu-isu berat dengan adonan humor, kadang matang, sesekali gosong, adakalanya garing, dan nggak jarang absurd, persis seperti hidupnya sendiri. Intip X/IG @iamaheng.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Baca Berita Tepuk Sakinah Saya Malah Pengen Tepuk Jidat

8 Oktober 2025   19:16 Diperbarui: 8 Oktober 2025   21:02 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapi bagi Gen Z yang tumbuh di era scroll dan swipe, pola seperti ini terasa seperti nonton Video Home System di zaman video berdurasi 15 detik, menggemaskan sekaligus bikin heran.

Memang, Tepuk Sakinah cuma ice breaking buat mencairkan suasana. Tapi di lapangan, ada tekanan halus untuk “kompak”, karena di negeri ini keenggakkompakan bisa disalahartikan sebagai kurang sakinah.

Sementara data bilang penyebab utama perceraian tetap komunikasi dan ekonomi. Dua hal yang nggak bisa diberesin pakai jingle atau irama 4/4. 

Rumah Tangga Nggak Bisa Ditepuk

Barangkali sebelum mengajarkan Tepuk Sakinah, pemerintah perlu bikin “Tepuk Realita” dulu.

Tepuk ekonomi. Biar kita sadar, gaji segitu mau dipakai makan, bayar sewa, atau ikut gaya hidup tetangga yang hobi staycation tapi nggak pernah kelihatan kerja.

Tepuk komunikasi. Karena yang sering bikin ribut bukan kurang cinta, tapi karena nada “iya” bisa berarti setuju, bisa juga bentuk pasif-agresif yang diwariskan turun-temurun.

Tepuk psikologi. Supaya calon pengantin ngerti, rumah tangga bukan sinetron religi. Nggak semua masalah selesai dengan doa (please, jangan anggap saya kurang iman), sebagian memang butuh terapi dan cicilan yang dibayar tepat waktu.

Seperti kata data BPS tadi, penyebab perceraian terbesar di Indonesia bukan karena kurang kompak saat yel-yel, tapi karena pertengkaran terus menerus (62,8%) dan masalah ekonomi (25%). 

Artinya, kalau pun mau tepuk tangan, sebaiknya dilakukan berdua, setelah berhasil nggak debat gara-gara detergen habis.

Yang Belum Diajarkan di Tepuk Sakinah 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun