Mohon tunggu...
Mahéng
Mahéng Mohon Tunggu... Penulis - Freelance Writer

Saat ini, selain tertarik mengikuti kegiatan pengabdian masyarakat, ia terus belajar menulis serta sangat terpikat pada jurnalisme dan sastra. Perspektifnya sangat dipengaruhi oleh agama dan filsafat.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Bincang Santai di Kebon Orchid: Menggali Masa Depan Filsafat Islam di Era Modern

17 Februari 2024   18:12 Diperbarui: 17 Februari 2024   18:16 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beberapa anggrek langka bergantung di kebun mungil milik Ferry. Foto: dok. Faruq

Sinar mentari sepenggalah menembus petala kuda-kuda, gording, atau kasau kantor Griya Gusdurian, membawa hawa panas yang menusuk tulang. Sabtu, 17 Februari 2024 beberapa jenak, suara bising dari luar terdengar samar-samar, pertanda orang-orang sudah sibuk dengan aktivitas mereka.

Aku, di sisi lain, masih meringkuk erat-erat, enggan beranjak dari kasur yang hangat.

Rasa kantuk yang melanda membuatku terlena hingga siang hari. Ketika aku akhirnya membuka mata, rasa panik langsung menyelimuti diriku.

Buru-buru aku meraih gawai, dan sebuah broadcast dari Ferry Fitrianto, S.Sos., seorang penulis dan pemilik Kebun Orchid, membuyarkan lamunanku.

Aku membuka aplikasi pesan singkat dan mengetikkan pesan untuk Ferry. "Mas udah mulai belum? Aku bakal telat ini," tulisku dengan perasaan tidak enak.

Beberapa saat kemudian, sebuah balasan dari Ferry muncul di layar ponselku. "Belum ini, belum pada datang," tulisnya singkat.

Langkah kakiku tergesa-gesa, berusaha melawan rasa sempoyongan yang masih menyelimuti. Aku bergegas menuju kamar mandi untuk kemudian mengarahkan stir motor yang belum lunas ini menuju Kebun Orchid di RT 03 Demanga Gunungan, Pleret, Bantul.


Di sepanjang perjalanan, hiruk pikuk kota menyambutku. Jalanan penuh dengan kendaraan, dan orang-orang sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing. Aku melaju dengan kecepatan sedang, berusaha menikmati suasana pagi yang cerah.

Sinar matahari yang hangat menyapa kulitku, dan semilir angin pagi membelai mukaku. Perlahan, rasa panik yang tadi menyelimuti diriku mulai memudar, tapi tidak dapat memaafkan ketidaktepatan waktuku.

Keindahan pagi hari ini membantuku untuk kembali tenang dan fokus.

Kurang lebih pukul 9.50, aku akhirnya tiba di lokasi tujuan. Perasaan lega bercampur jengkel menyelimuti diriku. Aku sempat tersesat karena salah masuk gang mengikuti arahan tante Google Maps.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun