Mohon tunggu...
Mahéng
Mahéng Mohon Tunggu... Penulis - Freelance Writer

Saat ini, selain tertarik mengikuti kegiatan pengabdian masyarakat, ia terus belajar menulis serta sangat terpikat pada jurnalisme dan sastra. Perspektifnya sangat dipengaruhi oleh agama dan filsafat.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Tren Terbaru E-Commerce: Mengapa Lokapasar Mulai Ditinggalkan oleh Brand dan Penjual?

25 Juni 2023   14:47 Diperbarui: 26 Juni 2023   01:49 3280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perangi Buku Bajakan di Marketplace! Kita Perlu Kesadaran Bersama. Foto: Dokumentasi Maheng 

Perkembangan terkini dalam industri e-commerce mengindikasikan bahwa platform-platform marketplace (lokapasar) mulai ditinggalkan sebagai saluran penjualan utama.

Bahkan, tren ini tampak terjadi di berbagai belahan dunia. 

Di Amerika Serikat, merek-merek ternama seperti Nike, IKEA, dan Birkenstock secara masif meninggalkan Amazon, salah satu platform lokapasar terbesar di dunia. 

Bukan hanya di Amerika Serikat, Indonesia juga mengalami tren serupa. Pemilik brand di negeri ini semakin intensif beralih dari marketplace ke "platform sendiri," seperti website.  

Sejak tahun 2021, pemilik brand  mulai merasa gerah dengan berbagai permasalahan yang muncul dalam penggunaan lokapasar.

Mulai dari persaingan harga yang tidak sehat, hasil penjualan yang tidak langsung cair juga menjadi masalah yang mengganggu keuangan dan pengembangan bisnis bagi beberapa brand.   

Selain itu, masalah pembajakan produk juga menjadi perhatian utama. 

Dalam industri perbukuan, masalah pembajakan buku telah menjadi perhatian serius sejak tahun 2019. Konsorsium Penerbit Jogja, sebagai salah satu kelompok penerbit di Jogja, bahkan sampai melaporkan kasus pembajakan buku ke pihak kepolisian. 

Pada tahun yang sama, Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) menerima laporan tentang pelanggaran hak cipta dari 11 penerbit, dengan estimasi kerugian mencapai angka Rp116,050 miliar. 

Namun, angka tersebut hanyalah gambaran kecil dari potensi kerugian yang sebenarnya, mengingat tidak semua kasus pembajakan buku dilaporkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun