Mohon tunggu...
Mahéng
Mahéng Mohon Tunggu... Penulis - Travel Writer

Saat ini, selain tertarik mengikuti kegiatan pengabdian masyarakat, ia terus belajar menulis serta sangat terpikat pada jurnalisme dan sastra. Perspektifnya sangat dipengaruhi oleh agama dan filsafat.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pentingnya Membaca dan Cinta terhadap Masjid: Refleksi Setelah Salat Jumat

16 Juni 2023   16:24 Diperbarui: 16 Juni 2023   16:26 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Iran periode 1981-1989, Ayatollah Ali Khamenei, saat memimpin salat Jumat di Teheran. Foto: SalamPix/ABACA via Kompas.com

Sinar mentari menyengat dan menjalar ke dalam kost saya yang redup. Jarum jam telah menunjukkan pukul 11.47. Saya menyadari harus buru-buru agar tidak ketinggalan jamaah Jumat hari ini.

Dengan cepat, saya beranjak dan meletakkan gawai, kemudian mengambil langkah panjang untuk membasuh badan. 

Sebelum benar-benar memasuki kamar mandi, saya sempat mengkhotbahi jamaah di WhatsApp. 

"Membaca buku memang tidak bikin orang jadi pintar, namun tidak ada satu pun orang pintar di dunia ini yang tidak baca buku".

Saya menulis itu sebagai caption untuk foto yang saya bagikan di story WhatsApp.


Mulanya, khotbah itu lebih panjang, namun karena buru-buru saya tidak sempat menulisnya secara utuh. 

Saya sering mengutip pesan Maman Suherman atau akrab di lidah sebagai kang Maman, kunci kemahiran hanya satu, nge-bir (baca, iqro, dan read).

Kang Maman benar, ibadah pertama yang diperintahkan oleh Allah untuk umat muslim  bukan sedekah, bukan zikir, apalagi jumatan. Tetapi membaca.

Surat Al Alaq ayat 1 - 5 adalah wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW atas perantara Malaikat Jibril. Disebutkan dari hadits riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim bahwa di suatu malam Nabi Muhammad yang tengah berada di Gua Hira didatangi Malaikat Jibril. Kepada Muhammad, Jibril mengatakan, "Iqra (bacalah)."

Baca juga Toko Buku Tidak Harus Buka, tapi Membaca Harus Jadi Budaya

Tapi mengapa sekarang, budaya membaca seakan jadi barang mewah?

Membaca adalah salah satu upaya untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Saya khawatir karena kurang membaca bahkan kita tidak tau arti dari bacaan salat yang kita lafalkan tiap hari.  

Ada cerita menarik tapi menyakitkan. Ceritanya, di sebuah forum ada kenalan saya dari salah satu negara Arab, ia mencoba memperkenalkan dirinya dengan mengucapkan beberapa patah kata dalam bahasa Arab, mungkin karena bahasa Inggrisnya kurang fasih. Kemudian salah satu orang dalam forum itu dengan spontan mengucapkan "amin". 

Saya gelisah apa yang dikatakan oleh Elizabeth Pisani dalam artikelnya Indonesian kids don't know how stupid they are terbukti benar adanya. 

MASJID NURUL ISLAM KADIROJO masih berdiri kokoh di Jl. Candi Sambisari Kalasan, kabupaten Sleman. Saya berangkat salat Jumat di masjid ini. Jaraknya hanya sepelemparan batu dari tempat tinggal saya.

Karena keasikan memainkan gayung, menyiram tubuh dengan air yang jernih dan segar, saya jadi lupa jikalau khatib akan mengakhiri khutbahnya. Buru-buru saya berkemas dan melaju menuju masjid.

Tujuan saya tentu bukan untuk menjadi ganteng, saya yakin, semulia-mulianya air wudhu ia tetap tak akan bisa mengubah wajah saya jadi rupawan.

Buktinya, banyak teman saya yang tak pernah salat tapi punya tampang yang aduhai, meskipun banyak dempulnya. Sebaliknya, saya punya banyak kenalan yang rajin salat tapi punya tampang banyak utang. Kusut.

Baca juga Bazar Buku IFI Yogyakarta: Membawa Pulang Harta Karun Literatur Secara Gratis

Masjid tempat saya salat Jumat ini, sebagian safnya diisi oleh anak kecil yang rumahnya berada di sekitar masjid. Harap maklum, hampir setiap Jumat di  sini ada suguhan berbagai jenis makanan dan minuman. Makanan dan minuman itu cukup ampuh untuk menarik minat anak-anak agar mau berangkat salat jumat. 

Mungkin termasuk saya yang ngekost dan masih mengandalkan honor dari menulis serta berjualan buku yang omsetnya tidak cukup untuk biaya kost sebulan.

Acapkali kita butuh motivasi untuk beribadah lebih dari sekadar iman. Anak kecil butuh snack sebagai imbalan untuk beribadah, orang dewasa pun sejatinya sama. 

Anak kecil hanya butuh teh gelas, susu kedelai, tahu bakso. Sementara orang dewasa butuh janji masuk surga dan dihindarkan dari neraka agar mau ke masjid. 

Bahkan, pada titik tertentu, orang dewasa seperti kita jauh lebih tidak tahu diri. Salat yang durasinya hanya dua menit tapi imbalannya ingin dapat jodoh spek nabi, hutang lunas, hidup kaya raya mati masuk surga. Padahal lafal dalam salat saja enggak ngerti artinya apa, karena malas baca (ngaji).

Lantas apa bedanya ibadah kita dengan anak kecil? Sama-sama transaksional.

MENDEKATKAN ANAK-ANAK KE MASJID, menanamkan kepada mereka agar mencintai masjid bukan perkara mudah. 

Di saat yang bersamaan, banyak pengurus masjid yang tidak sabar dan tidak senang melihat keberadaan anak-anak lalu lalang dan bermain, tidak sedikit diantara mereka yang mengusir atau menempatkan anak-anak di shaf paling belakang.

Alasannya takut mengganggu kekhusyukan salat.

Papan larangan membawa anak-anak kedalam Masjid.  Foto: Twitter @sanad_media
Papan larangan membawa anak-anak kedalam Masjid.  Foto: Twitter @sanad_media

Konyolnya lagi, sebagian pengurus masjid malah dengan bangga memasang papan larangan membawa anak-anak kedalam Masjid. Anak-anak yang ribut di masjid dibentak hingga diusir. 

Pada akhirnya mereka sendiri mengeluh dan mengatakan kurangnya kesadaran generasi muda untuk datang ke Masjid.

Padahal ratusan tahun lalu, Muhammad Al-Fatih, penakluk Konstantinopel (Turki) sudah mengingatkan: "Jika suatu masa kamu tidak mendengar gelak tawa anak-anak, riang gembira di antara shaf shalat di masjid-masjid, maka sesungguhnya takutlah kalian akan datangnya kejatuhan generasi muda di masa itu." 

***

Jika Anda telah sampai di sini, terima kasih telah membaca. Jangan ragu untuk meninggalkan kritik dan saran di kolom komentar agar saya dapat menulis dengan lebih baik lagi. [Mhg].

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun