Mohon tunggu...
I Gusti Bagus Satria Prabawa
I Gusti Bagus Satria Prabawa Mohon Tunggu... Guru - Guru

Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Fisika

28 November 2022   23:19 Diperbarui: 28 November 2022   23:48 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Berdasarkan pedoman pelaksanaan proses belajar mengajar dan penilaian yang ditetapkan di SMA Tunas Daud Mataram, siswa dikatakan tuntas secara individu apabila memperoleh nilai KKM 70, sedangkan untuk kelas dikatakan tuntas apabila mencapai ketuntasan klasikal (KK) 75. Berdasarkan hasil observasi, wawancara dengan guru pengajar fisika dan beberapa siswa di kelas tersebut yang sekaligus dengan pemberian angket, peneliti mampu mengidentifikasi beberapa penyebab permasalahan berikut.

Pertama, proses pembelajaran masih didominasi oleh guru (teacher centered), sehingga siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran fisika. Kedua, pada awal pembelajaran, guru belum menggali dan memperhatikan pengetahuan awal siswa. Ketiga, suasana belajar yang kurang kondusif. Hal ini terlihat siswa bersifat pasif dan kurangnya tanyajawab guru dengan siswa. 

PartisFisikasi dan antusiasme siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sangat kurang. Keempat, guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk membentuk kelompok belajar dan meminta siswa untuk melakukan diskusi baik dengan teman atau dengan guru. Kelima, berdasarkan hasil pengisian angket yang didalamnya menyangkut pandangan dan minat siswa terhadap pembelajaran FISIKA. Pandangan mengenai fisika itu menakutkan masih menempel pada pikiran sebagian besar siswa pada kelas XI MIA SMA Tunas Daud Mataram Tahun Pelajaran 2021/2022. Keenam, kegiatan praktikum jarang dilaksanakan.

Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang teridentifikasi sebagian besar disebabkan oleh proses pembelajaran yang belum optimal. Guru belum mampu menerapkan model pembelajaran yang inovatif. Proses pembelajaran yang dilaksanakan membiasakan siswa untuk selalu menerima pengetahuan dari guru tanpa tahu bagaimana aplikasi yang diharapkan dari pengetahuan tersebut. Kegiatan seperti ini menyebabkan siswa menjadi tidak aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Permasalahan tersebut diperlukan solusi yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Solusi tersebut berupa penggunaan model pembelajaran yang inovatif. satu model pembelajaran inovatif adalah model pembelajaran problem solving. 

Problem solving adalah kemampuan menggunakan pengetahuan yang diperoleh, untuk menemukan solusi dalam masalah yang diidentifikasi dengan melakukan suatu tindakan. Siswa diberi kesempatan menjadi peserta aktif dalam proses belajar mengajar, sementara peran guru hanya membantu dengan memberikan petunjuk dan saran dalam memecahkan masalah. Model pemecahan masalah (problem solving) adalah pembelajaran aktif, selama kegiatan pemecahan masalah, siswa bekerja sama untuk memastikan bahwa masalah yang diajukan akan diselesaikan.

Problem solving dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Terdapat 3 ciri utama dari problem solving yaitu: 1) Problem solving merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi problem solving ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. Problem solving tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui problem solving siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan. 2) Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Problem solving menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah maka tidak mungkin ada proses pembelajaran. 3) Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas (Komariah, 2011).

Menurut Polya (dalam Yuan, 2013) model pembelajaran problem solving dapat dilaksanakan dengan empat langkah pembelajaran, yaitu: 1) understanding the problems (memahami masalah), 2) devise a plan (melakukan perencanaan pemecahan masalah), 3) carrying out the plan (melaksanakan rencana yang disusun untuk memperoleh solusi), dan 4) looking back (mengecek dan mengevaluasi kembali solusi yang diperoleh).

 Upaya untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa salah satunya dapat ditempuh dengan menerapkan model pembelajaran problem solving. Model pembelajaran problem solving adalah suatu model pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan keterampilan. Model pembelajaran problem solving dapat menimbulkan minat, kreatif, dan motivasi siswa dalam proses pembelajaran, sehingga diperoleh manfaat yang maksimal baik dari proses maupun hasil belajar.

Model pembelajaran problem solving dapat meningkatkan motivasi belajar sisiwa. Model pembelajaran ini dapat membuat pelajaran sains menjadi lebih bermakna dan juga sangat sesuai dengan anak sekolah. Pembelajaran dengan model pembelajaran problem solving merupakan pembelajaran yang menyajikan situasi permasalahan yang kompleks dan kontekstual (context rich problem) kepada siswa. Penyajian masalah berupa context-rich problem akan mempermudah siswa dalam mengetahui manfaat pelajaran yang didapat di kelas bagi kehidupannya sehari-hari, sehingga pembelajaran akan lebih bermakna, mampu meningkatkan minat, meningkatkan motivasi siswa untuk belajar, dan mampu melatih siswa untuk berpikir kritis.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti termotivasi melakukan penelitian tindakan kelas (classroom action research) untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang muncul di kelas tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran fisika di kelas XI MIA SMA Tunas Daud Mataram, sehingga dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Penentuan kelas XI MIA SMA Tunas Daud Mataram sebagai subjek penelitian didasarkan atas permasalahan yang dapat teridentifikasi dan pertimbangan guru pengajar di kelas tersebut. Dengan demikian, diajukan penelitian yang berjudul "Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Hasil Belajar fisika Siswa Kelas XI MIA SMA Tunas Daud Mataram Tahun Pelajaran 2021/2022."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun