Tranformasi pendidikan banyak berubah seiring massive Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang tidak bisa terelakan. Gadget begitu mudah di dapat merambah ke kampung-kampung. Â Pentingnya informasi dan komunikasi menjadi suatu kebutuhan dasar untuk menunjang aktivitas dan pekerjaan saat ini. Ketertarikan ini pun menjadi rasa penasaran bagi anak-anak yang duduk di sekolah. Rasa penasaran ini semakin menjadi-jadi karena memang usia anak-anak yang ingin lebih banyak tahu konten-konten yang bertebaran di dunia maya.
Anak-anak yang notabene lebih suka permainan tradisional akan lebih banyak melibatkan teman-temannya agar bisa berinteraksi. Kini anak-anak di perkotaan maupun di kampung sudah asyik bergelut dengan dunia maya yang tersaji dengan suguhan game-game yang mengundang adrenalin untuk berpetualang. Tak ayal anak-anak sepulang sekolah mereka lebih asyik dengan dunia game virtual. Tidak hanya anak-anak namun remaja hingga dewasa pun terpincut dengan game-game yang menarik.
Kegiatan membaca menjadi kewajiban bagi anak untuk menumbuhkannya perlu dengan banyak cara dan metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru di sekolah. CALISTUNG (Baca, tulis, dan hitung) ini kompetensi dasar siswa yang wajib dimiliki khususnya siwa-siswa di kelas rendah (kelas satu, dua, dan tiga). Kompetensi dasar ini mengalami tantangan sejak dulu apalagi sekarang dengan dinamika TIK yang pesat.
1. Kurangnya minat baca anakÂ
Guru kelas satu di sekolah saya sering curhat mengenai anak-anak didiknya. Rekan saya mengeluh banyaknya jumlah siswa yang belum bisa baca sebanyak 15 orang dari 40 siswa keseluruhan. Ada 20 orang siswa yang lancar membaca berasal dari PAUD, sisanya 5 orang siswa bisa membaca namun masih lambat belum lancar. Dia mengeluhkan tahun ajaran sekarang agak banyak siswa yang belum bisa baca karena mereka tidak dari PAUD, murni mereka di sekolahkan masuk kelas satu SD dibina oleh guru kelasnya. Guru kelasnya pun melakukan wawancara setiap siswa setelah seminggu kemarin mengadakan Ulangan Tengah Semester (UTS) di semester 1 ini. Rekan saya ingin mengetahui sejauh mana siswa saat di rumah berapa jam bermain smartphone ??
Sontak saya pun kaget dengan penjelasan rekan guru saya dari hasil 40 orang siswa di wawancara semuanya rata-rata bermain smartphone/handphone sampai lebih dari satu jam. Setiap hari Jumat guru kelas satu membiasakan GLS (Gerakan Literasi Sekolah) untuk megetahui minat baca dengan memanfaatkan pojok baca di kelas. GLS ini terus digalakan di semua kelas bukan cuma kelas satu saja. Dengan gerakan ini semoga angka minat baca semakin di genjot agar terus bertambah.
Keterampilan menulis pun perlu terus digalakan baik di sekolah maupun di rumah agar sedikit demi sedikit menumbuhkan gemar menulis yang ia alami. Keterampilan berhitung pun terus dilatih lebih agar anak-anak tidak kehilangan pengetahuan dasar-dasar berhitung baik penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian baik di sekolah maupun di rumah.
2. Anak lebih emosional setelah mengenal game
Anak-anak yang terbiasa dengan game terkadang asyik tak ingin terganggu. Berjam-jam dihabiskan untuk memuaskan hasrat berseluncur di aplikasi game. Banyak aplikasi game yang menjadi tujuan para gamer baik  ML (Mobile Legends), FF (Free Fire), Genshin Impact, PUBG Mobile, Roblox, dan masih banyak aplikasi game lain.
Saat bermain game terkadang anak-anak yang sudah berkosentrasi dan asyik terlebih sedang main bareng (mabar) secara tidak langsung  ucapan kasar dengan kata-kata yang kotor, kasar, bahkan mengumpat dengan kata-kata yang tak semestinya kerap terucap karena kesal atau kecewa.
Ini membuktikan anak-anak yang hanyut saat mabar dengan teman mayanya mampu mengguncang emosional secara langsung walau tidak bertatapan langsung. Perlu ekstra perhatian dan pengawasan orang tua agar tidak menimbulkan tindakan yang fatal.
3. Anak lebih introvertÂ
Sikap menyendiri dan tidak mau bermain dengan teman-teman di luar di lapang bola atau di halaman rumah kerap kali menjadi salah satu pemicu tumbuh subur introvert pada dunia nyata.
Dimana pun kita selalu berjumpa dengan ruang sosial yang sepi bertatap muka. Cueknisasi menjadi lebih popular era TIK sekarang. Â Anak tidak mau jauh dengan dunia gadget mereka di stasiun, terminal, di rumah, di mal-mal, bahkan di warung-warung. Keasyikan mereka pun kadang di tambah dengan cafe-cafe, warung-warung kopi yang telah menyediakan free wifi menambah mereka keasyikan dengan dunia gadget dalam genggamannya.
4. Kurangnya kepedulian anakÂ
Di media sosial saat ini berseliweran konten-konten yang viral dengan jumlah jutaan penonton dengan komen-komen para netizennya. Terkadang ada yang kecelakaan di jalan raya yang lebih dahulu direkam terlebih dahulu di HP lalu di upload di medsos yang ia miliki agar bisa mendongkrak followers dan like dari netizen.
Kenakalan remaja seperti perkelahian antar pelajar banyak pula di rekam oleh temannya lalu di viralkan di medsos. Berjuta-juta konten yang tak layak, brutal, keji, bahkan pembunuhan telah mewarnai medsos dengan luas dinikmati para netizen.
Tingkat kepedulian anak bisa hilang karena seringnya melihat konten-konten yang tak layak bagi anak-anak. Tumbuhnya sikap keji bahkan menyakiti bisa membawa pada moral anak yang tak tahu dampak baik dan buruknya. Pendampingan dan pengawasan  orang tua sangat diperlukan agar mengawasi setiap tontonan anak di gadget.
5. Ketegasan dan pembatasan oleh orang tua pada anak
Setiap anak memerlukan perhatian dan edukasi persuasive yang menyentuh ranah kognitif, dan afektif anak. Anak agar bisa lebih sadar akan keselamatan  diri dan mampu bersikap perduli dengan sesama teman maupun lingkungannya. Orang tua harus memiliki ketegasan terhadap anak agar mengingatkan baik dan buruk setiap tindakan pelanggaran.
Pembatasan penggunaan smartphone dilakukan agar ada pencegahan pada mata yang terlalu lama bisa mempengaruhi saraf-saraf otak pula. Batasi waktu menatap layar HP agar radiasinya tidak merusak mata anak pula.
Semoga ini menjadi perhatian kita semua bagi pendidik di sekolah dan sebagai orang tua di rumah pada anak-anak untuk selalu serius pada generasi-generasi bangsa agar tidak rusak pikirannya, sikap sosialnya, dan tentu perilaku sosial yang sesuai norma masyarakat dapat terjaga pada dirinya bak kertas putih. Keterampilan membaca, menulis, dan berhitung merupakan modal dasar mereka untuk dimiliki agar menjadi generasi yang tidak hanya terbius oleh pesatnya TIK namun menjadi pribadi handal dan membanggakan.
Referensi :
5 game online dengan komunitas terbesar di Indonesia, No. 3 paling ramai
Catat, ini 5 cara mudah menjaga Kesehatan mata anak
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI