Pada hari ini suasana seperti mati. Tidak ada kesibukan aktivitas seperti biasa. Pada hari ini umat Hindu melaksanakan "Catur Brata" Penyepian yang terdiri dari amati geni (tiada berapi-api/tidak menggunakan dan atau menghidupkan api), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelanguan (tidak mendengarkan hiburan).Â
Serta bagi yang mampu juga melaksanakan tapa, brata, yoga, dan semadhi. Pada hari itu umat Hindu sama sekali tidak melakukan aktivitas mereka seperti biasa, lingkungan tampak sepi, malah seperti kota mati, tidak ada lampu yang menyala, semua orang diam di rumah mereka.
Pada hari ini suasana seperti mati. Tidak ada kesibukan aktivitas seperti biasa. Pada hari ini umat Hindu melaksanakan "Catur Brata" Penyepian yang terdiri dari amati geni (tiada berapi-api/tidak menggunakan dan atau menghidupkan api), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelanguan (tidak mendengarkan hiburan).Â
Serta bagi yang mampu juga melaksanakan tapa, brata, yoga, dan semadhi. Pada hari itu umat Hindu sama sekali tidak melakukan aktivitas mereka seperti biasa, lingkungan tampak sepi, malah seperti kota mati, tidak ada lampu yang menyala, semua orang diam di rumah mereka.Â
"Sebenarnya semua itu bermakna saatnya kita untuk mencari diri ke dalam, tidak keluar, dan mengendalikan api-api yang ada dalam diri, seperti api kemarahan, api dengki, dan sebagainya, itu makna yang sesungguhnya dari Nyepi,"
Sejarah mencatat tahun Saka lahir dari India. Kala itu, di India banyak terdapat suku-suku bangsa, seperti Saka (Scythia), Pahlawa (Parthia), Yueh-chi, Yawana, dan Malawa. Mereka berkeinginan saling menundukan satu sama lain dan silih berganti dapat menguasai.
Hingga Suku Saka mengalami masa jaya dan digdaya-nya. Mereka mampu mengalahkan dan menundukkan suku-suku bangsa lain. Namun, suatu saat Suku Saka terdesak oleh suku lain. Mereka pun membuat strategi baru dari perjuangan politik dan militer menjadi kebudayaan.
Pada 78 Masehi, seorang dari Dinasti Kusana bernama Raja Kaniska naik tahta. Raja Kaniska merupakan raja yang bijaksana. Di hari Minma pada 21 Maret 79 Masehi, Purnama Waisak kebetulan gerhana bulan. Hal itu ditetapkan sebagai panchanga atau kalender sistem Saka
Hari itu menjadi tonggak sejarah bagi Suku Saka, karena mampu menutup permusuhan yang terjadi di antara para suku. Tahun Baru Saka bermakna sebagai hari kebangkitan, hari pembaharuan, hari kebersamaan (persatuan dan kesatuan), hari toleransi, hari kedamaian sekaligus hari kerukunan nasional
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI