Mohon tunggu...
I KOMANG WISNU BUDI WIJAYA
I KOMANG WISNU BUDI WIJAYA Mohon Tunggu... Dosen - Mahasiswa S3 Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha

saya suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengubah Generasi Silent Menjadi Generasi Speak Up

30 November 2024   21:40 Diperbarui: 30 November 2024   21:40 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

              Indonesia yang dikenal sebagai salah satu negara demokrasi yang terbesar di dunia tentunya membutuhkan masyarakat yang berjiwa demokratis pula. Ciri dari masyarakat demokratis menurut pandangan penulis adalah berani berpendapat, berpendapat secara santun, menghargai pendapat orang lain dan juga bertanggung jawab atas hasil keputusan walaupun berbeda dengan pendapatnya. Membangun karakter masyarakat demokratis tentunya dapat dilakukan melalui proses pendidikan.

                Pendidikan untuk membangun karakter masyarakat demokratis disebut dengan pendidikan demokrasi. Pendidikan demokrasi hendaknya sudah mulai ditanamkan pada jenjang pendidikan dasar. Pengalaman penulis sebagai pendidik, pendidikan demokrasi yang selama ini dilakukan di jenjang pendidikan dasar itu lebih pada jalur horizontal misalnya memilih teman yang layak menjadi ketua dan pengurus kelas lainnya dan juga menghargai pendapat teman. Jarang penulis temukan proses pendidikan demokrasi yang sifatnya vertikal misalnya memberi ruang kepada siswa untuk berpendapat kepada guru.

                Oleh karena itu pendidikan demokrasi yang sifatnya vertikal mulai ditanamkan kepada siswa. Salah satunya adalah mengajak siswa membuat kesepakatan kelas. Dalam membuat kesepakatan kelas, guru berperan sebagai fasilitator dan motivator diskusi. Guru memberikan kesempatan kepada siswa tentang aturan yang berlaku di kelas. Tentunya selain melatih siswa untuk berani speak up, cara ini juga akan membuat siswa merasa tidak terbebani dengan aturan sebab itu semua berasal dari mereka dan juga untuk kenyamanan mereka belajar di kelas.

                Kedua, pelibatan siswa dalam proses belajar. Siswa juga hendaknya diberikan kesempatan untuk rembug dalam proses perencanaan pembelajaran. Misalnya dalam belajar IPA topik tumbuhan, guru hendaknya sesekali mengajak siswa untuk diskusi tentang cara belajar apakah belajar dengan gambar poster tumbuhan, menonton video tentang tumbuhan atau belajar di halaman kelas untuk mengamati tumbuhan secara langsung. Tentunya cara ini akan membuat siswa lebih dihargai keberadaannya dalam kegiatan pembelajaran. Kemudian guru juga hendaknya menerapkan pembelajaran berpusat siswa (student centered learning) sehingga siswa bebas dalam mencari sumber belajar, menggunakan media belajar dan interaksi dengan seluruh temannya.

                Selain itu guru juga hendaknya mengajari siswa bagaimana berpendapat dengan santun. Kita tentu tidak ingin membentuk siswa yang berani berpendapat namun dengan kata-kata yang tidak pantas didengar. Terlebih lagi menurut hasil sebuah lembaga survey beberapa tahun lalu, warganet Indonesia di-cap sebagai warganet yang paling tidak sopan di Asia Tenggara. Dengan pendidikan demokrasi kita berharap akan mampu mengubah generasi silent yaitu generasi yang selalu diam dan membiarkan sesuatu terjadi apa adanya menjadi generasi yang speak up yaitu generasi yang berani berpendapat namun masih dalam koridor kesantunan.

Penulis adalah mahasiswa S3 Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun