Mohon tunggu...
Hayya Hubdiina Islami
Hayya Hubdiina Islami Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Tenis Meja, Traveling

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menjaga Tradisi Bekarang: Kearifan Lokal Turun-Temurun Masyarakat Pesisir Bintan

22 April 2024   20:44 Diperbarui: 22 April 2024   20:49 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pulau Bintan, sebuah daratan yang kaya akan keindahan alam dan kearifan budaya. Terkenal dengan pantai pasir putihnya yang memukau serta hutan mangrove yang menjulang, Pulau Bintan menjadi rumah bagi masyarakat pesisir yang telah turun-temurun menjaga tradisi dan kearifan lokal mereka. Salah satu warisan budaya yang paling menonjol di antara mereka adalah praktik bekarang, sebuah metode tradisional menangkap ikan yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari mereka.

Bekarang, dalam bahasa lokal, menjadi simbol kearifan turun-temurun yang diwariskan dari generasi ke generasi di kalangan masyarakat pesisir Bintan. Aktivitas ini tidak hanya sekadar mencari ikan, tetapi juga menjadi fondasi dari identitas mereka sebagai anak laut, yang hidup berdampingan dengan alam. 

Dalam proses bekarang, pengetahuan tentang arus laut, musim ikan, dan perilaku biologi ikan menjadi pengetahuan yang diturunkan dari nenek moyang mereka. Dengan pengalaman yang didapat dari puluhan bahkan ratusan tahun mengarungi lautan, mereka mempertahankan praktik ini sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan mereka, bahkan di tengah kemajuan teknologi modern.

Namun, di balik keindahan dan kearifan yang disimpan dalam tradisi bekarang ini, terdapat tantangan besar yang dihadapi oleh masyarakat pesisir Bintan. Dengan perubahan iklim yang semakin terasa dan tekanan dari modernisasi, tradisi ini menghadapi risiko terhenti atau bahkan punah. Dalam tulisan ini, kita akan menjelajahi lebih dalam tentang praktik bekarang dan bagaimana masyarakat pesisir Bintan berusaha keras untuk menjaga tradisi dan kearifan turun-temurun mereka di tengah arus perubahan zaman yang tak terhindarkan.

Bekarang, bagi masyarakat pesisir Bintan bukanlah semata-mata tentang menangkap ikan, melainkan sebuah warisan berharga yang mencerminkan kearifan dan keahlian yang telah diwariskan dari leluhur mereka. Di dalamnya terdapat sejuta cerita tentang perjalanan hidup di lautan, rasa kebersamaan dalam perjuangan mencari rezeki, dan hubungan yang erat antara manusia dan laut. 

Oleh karena itu, memelihara keterampilan tradisional bekarang bukanlah sekadar memastikan kelangsungan mata pencaharian, tetapi juga menjaga keutuhan dan identitas budaya mereka. Anak-anak di komunitas pesisir Bintan tidak hanya diajarkan bagaimana melempar jala atau menyusun perahu, tetapi juga diberikan pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai hidup, seperti kesabaran, ketekunan, dan rasa tanggung jawab 

terhadap lingkungan. Melalui proses pembelajaran ini, mereka tidak hanya belajar untuk menjadi nelayan yang terampil, tetapi juga menjaga kekayaan budaya yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari jati diri mereka.

Kearifan lokal dalam praktik bekarang mencakup pemahaman mendalam tentang ekologi laut, musim ikan, dan perubahan alam. Masyarakat pesisir Bintan menjaga tradisi ini dengan melestarikan pengetahuan turun-temurun mereka tentang lingkungan laut. Mereka memahami bahwa menjaga keseimbangan ekosistem laut adalah kunci keberlanjutan praktik bekarang mereka. Oleh karena itu, mereka secara aktif terlibat dalam upaya pelestarian lingkungan, seperti penanaman mangrove dan kampanye pengurangan sampah plastik, sebagai bagian dari komitmen mereka untuk melestarikan kearifan lokal mereka.

Meskipun menjaga tradisi bekarang, masyarakat pesisir Bintan juga tidak menutup diri terhadap perubahan zaman dan tantangan modernisasi. Mereka menyadari bahwa beberapa aspek dari praktik bekarang perlu disesuaikan dengan perkembangan teknologi dan perubahan iklim yang semakin terasa. Sebagai contoh, beberapa kelompok masyarakat telah mulai menggunakan teknologi GPS dan alat tangkap yang ramah lingkungan untuk meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan praktik bekarang mereka, tanpa mengorbankan kearifan turun-temurun yang mereka junjung tinggi.

Praktik bekarang di Pulau Bintan berperan penting sebagai sarana dalam mendidik generasi muda tentang nilai-nilai tradisional yang melekat dalam budaya pesisir. Melalui keterlibatan aktif dalam kegiatan bekarang, anak-anak dan remaja tidak hanya memperoleh keterampilan praktis dalam menghadapi lautan yang berlimpah, tetapi juga memperdalam pemahaman mereka tentang konsep kerja keras, kerjasama, dan keterhubungan dengan alam. 

Dalam prosesnya, mereka belajar untuk saling bergantung satu sama lain, menghargai peran masing-masing dalam mencapai tujuan bersama, dan mengenali pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem laut yang menjadi sumber kehidupan mereka. Aktivitas bekarang menjadi platform untuk mengajarkan nilai-nilai tersebut secara langsung, karena melibatkan interaksi langsung dengan alam dan proses belajar yang terjadi dalam situasi nyata di laut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun