Mohon tunggu...
Anshor Kombor
Anshor Kombor Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang terus belajar

Menulis menulis dan menulis hehehe...

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Promosi 4G LTE Membahana, Kontrol Kemkominfo dan YLKI Lemah

11 Oktober 2016   16:26 Diperbarui: 11 Oktober 2016   18:01 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: Selular

Fitur mobile-internet kekinian berlabel 4G LTE, serasa tawaran primadona yang terus disodorkan kini. Provider amat gencar dan massif berlomba menyiarkan promosinya. Mulai dari iklan media massa, portal resmi dan media sosialnya; hingga kadang menggandeng kalangan blogger demi sasaran yang luas. Dengan embel-embel sederet (estimasi) 'keunggulan' ditambah iming-iming yang menggiurkan. Ingat, baru estimasi yo.

Saking membahana publikasinya, seolah sudah bukan zaman 3G terlebih 2G lagi sekarang. Opini publik yang bergulir juga terus menggelindingkan sugesti dalam alam bawah sadar massa, bahwa 4G LTE adalah 'revolusi' yang mesti disambut euforia sampai ke pelosok-pelosok Nusantara. Ketika adanya digemakan sama sekali berbeda, serta konon lebih memanjakan ketimbang generasi produk sebelumnya.

Pertanyaan-pertanyaan yang seringkali tak berjawab lantas mendedah. Antara lain, apa sih kelebihan riilnya yang bisa dinikmati? Sejauh mana jaminan atas infrastruktur penopangnya yang mesti dipenuhi, sehingga masyarakat benar-benar akan menyesap sensasinya selegit bahasa iklannya? Bagaimana dengan perangkat milik konsumen yang masih 3G? Apakah masyarakat sudah beroleh sosialisasi dan paham seutuhnya? Dan pertanyaan-pertanyaan lain seterusnya.

Dari pengalaman empiris juga keterangan dari pihak satu operator seluler, saat kebetulan saya turut serta menghadiri undangan launching 4G LTE beberapa waktu lalu, kecenderungan menyangkut infrastruktur misalnya, baru siap hanya di sejumlah kota. Lalu, untuk kota-kota lain pemenuhannya cenderung 'sambil jalan' nanti. Dan biasanya publik tidak memperoleh informasi tentang kepastian penuntasannya di kemudian hari. Entah apakah daerah-daerah yang agak pelosok bakal ter-cover pula?

Sedangkan berkenaan alat milik pengguna yang masih berjaringan 3G, bisa melakukan replacement kartu di gerai-gerai provider yang menyediakan. Itu pun akan berfungsi hanya jika didukung smartphone atau modem yang kompatibel. Dengan kata lain, antara peranti berikut simcard yang digunakan kudu sama-sama telah support 4G LTE, dan berada dalam wilayah jangkauan pemancarnya.

Berbicara soal device, masyarakat di kampung halaman saya mengalami kendala akses internet dengan modem USB yang sempat bikin putus asa hari-hari kemarin. Modem keluaran satu operator seluler yang biasanya lancar itu, tiba-tiba saja tanda sinyalnya tak muncul satu garis pun. Kondisi laptop normal dan paket masih aktif. Saat coba membantu untuk menanyakan persoalan tersebut, customer service bersangkutan menginformasikan karena sedang berlangsung pemindahan frekuensi dari 3G ke 4G LTE, lantas pengguna diarahkan untuk melakukan migrasi.

Urusan migrasi yang berarti kartu dan modemnya, penyedia mengarahkan pengecekan nomor terpakai lebih dulu, apakah termasuk dalam promosi atau tidak? Jika nomor pengguna terhitung dalam promosi, maka klaim migrasinya diberi potongan harga entah berapa kisarannya. Bila sebaliknya, bukan tidak mungkin klaimnya bakal dikenakan biaya penuh sesuai bandrol paket modem 4G LTE yang tersedia.

Informasi lain setelah itu tidak ada. Dua hari lebih masyarakat di kampung halaman saya dan sekitarnya, tidak dapat berinternet ria dengan modem personal satu provider yang sudah familiar akibat masalah tersebut. Padahal, kampung saya bukan daerah pegunungan dan tak jauh dari akses perkotaan. Kabarnya baru kemarin sore koneksinya berfungsi kembali, walau masih melambat hingga detik ini.

Artinya, tiap luncuran baru fitur mobile-internet sejatinya, selain terpendam potensi sisi-sisi kekurangannya, disertai pula syarat dan ketentuan yang berbeda. Mulai dari tarif, perangkat dan lain-lain. Walau pengguna telah memenuhi keseluruhan persyaratan dan prosedurnya, lagi-lagi pemanfaatannya tetap bergantung cakupan area converage sehubungan dengan infrastruktur tadi. Sebagaimana adagium 'lokasi menentukan posisi' bagi penikmat layanan internet. Dikarenakan, biasanya faktor geografis menjadi alasan operator kala terjadi kendala.

Tentunya saya tidak menggebyah-uyah semua provider, tapi demikian lazimnya yang tak jarang dialami masyarakat. Utamanya pelanggan yang tersebar di wilayah rada pinggiran hingga terpencil. Jangankan serangkum fakta di sela-sela gencar dan massifnya promosi 4G LTE terkini, diiyakan atau tidak, semasa 3G bertahun-tahun lalu saja, publik belum menikmati secara merata sepenuhnya. Tak sedikit warga yang tidak dapat memanfaatkan akses mobile-internet 3G ketika berada di bagian kawasan terdekat dengan perkotaan sekalipun.

Pada titik ini, bisa dibilang pengawasan dari otoritas terkait semisal Kemkominfo termasuk lembaga perlindungan konsumen (YLKI) masih lemah. Kita tahu pengguna telekomunikasi seluler maupun mobile-internet umumnya amat sabar dan toleran, bila menghadapi gagal koneksi bahkan tekor ketika memanfaatkannya sewaktu-waktu, sehingga keluhan golongan konsumen ini nyaris tak terdengar. Kerugian yang dialami pun memang semula tidak seberapa atau recehan bagi sebagian orang, tapi bukankah pencapaian layanan tidak sebatas demi orientasi komersial macam itu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun