Mohon tunggu...
Djamaluddin Husita
Djamaluddin Husita Mohon Tunggu... Lainnya - Memahami

Blogger, Ayah 3 Putra dan 1 Putri. Ingin menyekolahkan anak-anak setinggi yang mereka mau. Mendorong mereka suka membaca dan menulis (Generasi muda harus diarahkan untuk jadi diri sendiri yang berkarakter).

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Asap: Apakah Negara Tidak Hadir dalam Hutan?

21 September 2015   23:46 Diperbarui: 21 September 2015   23:48 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sabtu sore (19/9) ketika jalan-jalan di seputar Banda Aceh terasa agak gelap. Tetapi saya tidak begitu peduli karena dalam pikiran saya suasana seperti itu biasa-biasa saja. Sebab, beberapa hari ini saat sore tiba mendung datang dan tidak lama kemudian (biasanya habis maghrib) turun hujan atau terkadang hanya rintik-rintik saja. 

Namun, malam Minggu itu ternyata sehabis maghrib tidak turun hujan tidak seperti malam kemarin (malam sabtu/18/9) habis maghrib hujan lumayan deras membasahi kota Banda Aceh. Bahkan facebookers banyak yang menulis status tentang turun hujan pada malam itu.

Karena tidak turun hujan, lalu malamnya saya keluar karena ada yang harus saya beli. Saya ajak anak saya untuk keluar sebentar. Saat keluar ke jalan, saya merasa ada sedikit berbeda dari biasanya. Apalagi saat melihat ke langit, kelihatan berkabut yang kelihatan tidak seperti biasa. Saya tanya pada anak saya, ada apa dengan langit malam ini?. Anak saya jawab, "Ya, yah. Ada Kabut".  

Terus terang, baru saya tahu Banda Aceh diselimuti asap setelah membaca beberapa status di Facebook. 

Kenapa saya tidak berpikir bahwa itu Asap. Karena selama ini di Banda Aceh khususnya belum pernah diselimuti asap. Asap yang sering kita dengar hanya ada di Riau, Jambi dan sekitarnya. Lalu kemudian kita dengar juga ada di Malaysia dan Singapura. Selama ini Banda Aceh (khusus) masih aman-aman saja dengan asap. Tidak begitu merisaukan.

Tetapi asap kali ini agak kentara. Anak saya yang memang matanya alergi dengan asap, sampai ke rumah, langsung masuk kamar sambil mengatakan matanya perih. Tahu seperti itu, langsung matanya ditetesi obat mata.

Saat saya menulis ini, mata anak saya masih memerah meskipun tidak terasa perih lagi. Karenanya, malam itu membuat saya semakin yakin bahwa apa yang kita lihat tadi benar adanya itu adalah asap. Pasti asap kiriman dari Jambi dan sekitarnya. Saat ini di daerah itu dalam keadaan darurat asap.

Timbul pertanyaan saya, kenapa bangsa ini setiap tahunnya selalu bermasalah dengan asap?. Harus diakui, entah saat itu belum populernya sawit, yang jelas pada masa orde baru jarang kita dengar ada daerah yang berasap hingga menyelimuti negara-negara jiran kita. Baru akhir-akhir ini masalah asap menjadi masalah yang sangat menakutkan.

Banyak orang berpikir bahwa kabut asap tidak akan terjadi pada masa pemerintahan Pak Jokowi-JK. Apalagi, masalah ini sudah ada upaya-upaya tertentu yang dilakukan pada masa pemerintahan Pak SBY. Tetapi ternyata, tiba-tiba masalah asap muncul juga. 

Penyebab langit Indonesia terutama daerah Sumatera bagian Riau dan Jambi selalu diserang Asap tidak lain dan tidak bukan karena hutan-hutan didaerah itu dibakar. Bahkan bila dilihat dari asap yang ada, hutan di daerah itu kelihatan dibakar habis-habisan. Tujuannya adalah untuk mengantikan hutan alami dengan lahan-lahan sawit. 

Tentu bagi mereka yang memanfaatkan lahan untuk ditanam sawit membakar hutan adalah cara efektif efisien terutama berkaitan dengan pengeluaran secara finansial. Bila hutan itu tidak dibakar, betapa banyak biaya yang dikeluarkan (oleh perusahaan-perusahaan) pengelola sawit untuk membersihkan lahan. Bila dengan membakar semua mudah selesai seperti menggunakan mantera simsilabin. Sebelumnya hutan dalam sekejab saja sudah berubah menjadi daerah yang tandus kering kerontang dan siap ditanam sawit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun