Mohon tunggu...
Den Ciput
Den Ciput Mohon Tunggu... Penulis - I'm a writer...

Just Ordinary man, with the Xtra ordinary reason to life. And i'm noone without God.. http://www.youtube.com/c/ChannelMasCiput

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Terkait Larangan Mudik: Mari Berdamai dengan Pandemi.

18 April 2021   03:28 Diperbarui: 18 April 2021   05:05 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Petugas Sedang mengatur di Pintu Tol Jakarta-Cikampek ( Sumber: Megapolitan Kompas)

Sudah setahun lebih kita mengalami masa pandemi. Sudah dua kali bulan Ramadhan dan (hampir) dua kali Idul fitri kita ngerasa keadaan 'luar biasa' ini. Sekarang sih sudah mending, setidaknya udah banyak orang yang makin sadar, bahwa urusan perut lebih penting, bahwa penyakit Maag akan mengancam tatkala kita nggak berpenghasilan untuk sekedar mengepulkan asap dapur daripada sekedar ancaman virus Corona yang belum tentu bisa membunuh kita. Bahkan sebagaian orang mengesampingkan segala anjuran dan atau aturan pemerintah dan mengabaikan protokol kesehatan.

Habis bagaimana lagi, keadaan yang memaksa mereka harus melakukannya. Hidup kan nggak bisa hanya mengandalkan bantuan pemerintah saja. Well, pemerintah memang ( sedikit ) membantu. Salah satunya dengan BLT ( Bantuan langsung tunai) yang jumlahnya Rp 600.000,- per bulan. Dan atau dengan bantuan segala sembako yang saya sendiri pun nggak pernah merasakan lezatnya duit pemerintah itu. Tapi pernah tersiar pula kabar bahwa bantuan yang berupa sembako itu nilainya dikurangi, diutil. Tak lain yang ngutil salah satunya adalah menteri sosial sendiri. Nilainya Cuma Rp 10.000,- sih, tapi kali berapa juta paket. Walhasil kalau dikumpulkan dan dikalikan jadinya ya tetap bermilyar-milyar rupiah! Menyedihkan dan menyakitkan sekali!! Nggak ada otak!!! lagian duit  Rp 600.000,- (Dengan tak menyepelekan nominal sih) mana cukup!?

Beda dengan awal-awal wabah dulu, orang sedemikian takut, ngeri, apalagi pemberitaan resmi maupun tak resmi, melalui media Mainstream atau media sosial yang sedemikian menakutkan tentang bahaya Covid19.

Tak urung, pada awal pemberlakuan Pembatasan Sosial bersekala Buuesaarr, keadaan mencekam. Setidaknya di DKI Jakarta, kota yang saya tempati saat ini. Jalanan yang biasa ramai, hiruk pikuk, macet, penuh dengan keceriaan, mendadak seperti kota mati. Hampir orang saling curiga satu sama lain. Hampir tiap orang selalu menatap waspada, apalagi kalau ada yang batuk atau bersin, buru-buru menjauh.

Kian hari diberitakan jumlah penderita secara grafik makin naik. Angka yang semula puluhan, ratusan, menjadi ribuan penderita per hari. Tak pelak, Hari Raya Idul Fitri yang biasanya penuh keceriaan, musim mudik, jadi berubah. Pelarangan mudik diterapkan. Meski beberapa orang masih bisa lolos keluar perbatasan DKI menuju kota tujuan.

Beberapa kawan yang berhasil lolos menuju kotanya untuk mudik menceritakan, bahwa berkat jasa sopir bus yang piawai, berhasil membawa mereka keluar ibukota. Entahlah, caranya bagaimana, apakah cari jalan pintas yang luput dari penjagaan dan pengawasan petugas, atau 'main mata' dengan petugas, nyatanya mereka bisa pulang dan balik lagi ke Jakarta dengan tak kurang satu apapun.

Trayek resmi kendaraan umum macam bus, kereta api dan travel dari dan ke Jakarta dan beberapa kota lain pun dilarang beroperasi, pun jalur laut dan udara. Nggak bakal ada penerbangan. Setidaknya aturan tersebut tertuang pada Surat Edaran dari Kepala Satgas penanggulangan COVID19 nomor 13 tahun 2021 tentang peniadaan mudik pada bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri tahun 1442 Hijriah terhitung sejak tanggal 6-17 Mei 2021 ( Kompas, 10/04/21).

Disisi lain, pihak kepolisian, dalam hal ini POLDA Metrojaya, melalui Direktur Lalu lintas, Kombes Polisi Sambodo Purnomo Yogo, menyampaikan, bahwa masyarakat boleh mudik sebelum tanggal 6 Mei. Tent saja syarat dan ketentuan berlaku. Sami mawon!

Apanya yang sama? Larangannya kan dari tanggal 6 Mei sampai dengan 17 Mei 2021, jadi memang sebelum tanggal 6 mei bole mudik. Apa syaratnya?

 Seperti tahun lalu, membawa SIKM ( Surat Izin Keluar Masuk).                   

Okelah, untuk para pilot pesawat terbang dan masinis kereta api, secara keuangan ( mungkin) larangan mudik ini nggak terlalu berpengaruh. Gaji Pilot lumayan relatif gede. Pun masisnis kereta api, mereka dapat tunjangan dari PT KAI, lantas bagaimana nasib sopir dan awak bus serta sopir travel yang jumlahnya ribuan itu? Belum lagi keluarganya, anak-anaknya yang butuh pakaian lebaran, kue lebaran, dan segala keperluan menyangkut keperluan perayaan Lebaran?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun