Mohon tunggu...
Den Ciput
Den Ciput Mohon Tunggu... Penulis - I'm a writer...

Just Ordinary man, with the Xtra ordinary reason to life. And i'm noone without God.. http://www.youtube.com/c/ChannelMasCiput

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cinta adalah...

3 Juni 2020   02:18 Diperbarui: 3 Juni 2020   02:55 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seluruh demonstran akhirnya ikut bersimpuh merespon Polisi. Akun facebook Steve Stene Njenga

Seorang Demonstran kulit hitam memeluk polisi kulit putih. Sumber foto : Akun facebook Steve Stene Njenga
Seorang Demonstran kulit hitam memeluk polisi kulit putih. Sumber foto : Akun facebook Steve Stene Njenga
Sedikit mengulas tentang kejadian di Minneapolis, Minnesota, Amerika serikat, pada 25 mei 2020 dari sisi lain. Kita semua tentu geram, geregetan, pengin ngamuk ketika melihat oknum polisi itu menindih leher George Floyd tanpa belas kasihan sampai Floyd meninggal. 

Petugas tersebut diketahui bernama Derek Chauvin. Diujung antara hidup dan mati Floyd sempat meratap minta belas kasihan, " i can't breath, please.. " tapi Chauvin bergeming. Dan satu oknum lagi bukannya nolong Floyd, malah petentang-petenteng berbantahan dengan warga yang menyaksikan dan meminta agar melepas 'cekikan kaki' pada leher Floyd. Aksi Chauvin tersebut terus berlangsung, sampai tubuh Floyd betul-betul terkulai tak bernyawa, lalu mobil ambulans datang membawa jenasahnya.

Tanpa rasa bersalah mereka pun berlalu meninggalkan kerumunan warga yang protes.

Tak berselang lama, demonstrasi dan huru-hara terjadi secara masive di hampir seluruh negara bagian di Amerika.

Aksi anarkis pun tak terhindarkan. Bahkan di tiap mobil polisi lewat warga menghadang dan merusaknya. Bentrok antara polisi dan warga terjadi begitu saja dan terus terjadi selama hampir sepekan terakhir. Luapan kemarahan dan kebencian berkobar menjadi satu.

Yang menarik, diantara ribuan demonstran tersebut, ada salah seorang pria bertato kepulauan Indonesia ikutan demo anarkis. Diketahui pria tersebut bernama Rainey A, Backues. 

Dalam satu foto Rainey tampak menghempaskan benda untuk memecah kaca Bank wells Fargo, di Philadelphia, negara bagian Pennsylvania. Dikutip dari Kompas dotcom, Rainey adalah warga naturalisasi kelahiran pulau Jawa. Entah sebelah mana, tak dijelaskan lebih lanjut. Endonesa lagi aja nDro!

Diantara semua kerusuhan yang hampir terjadi diseluruh Amerika ada satu kota, yaitu Miami di negara bagian Florida yang cukup menyita perhatian. Yaitu cara polisi menghadapi demonstran yang marah. 

Mereka membalas tindakan demonstran dengan berlutut, seolah menebus dosa yang tidak pernah diperbuatnya. Mereka bersama meminta maaf. Mereka menundukkan kepala tanda duka, meminta maaf dengan tulus, dan para demonstran yang hampir anarkis pun dibuat terharu.

Mereka menghampiri para polisi itu, memeluk dan penuh rasa haru menyatakan bahwa mereka sudah mengampuni.
Mereka menyatakan dengan kasih, bahwa mereka saling mengasihi satu sama lain sambil bercucuran airmata.

Mereka tidak pernah berfikir soal kegagalan pemerintahan Trump yang pernah berkoar, " Make Amerika Great again! " yang ternyata slogan kosong dari sekumpulan kapitalis yang haus kekuasaan.

Mereka hanya berfikir bahwa mereka warga Amerika biasa, yang punya hati untuk mengasihi dan mengampuni. Demonstran yang mayoritas kulit hitam itu memeluk polisi kulit putih dan menyatakan mereka telah melakukan rekonsoliasi dan saling mengasihi, mereka tak peduli dengan warna kulit, ras, atau pun adat istiadat.

Bahasa tubuh mereka mengatakan, bahwa rasa cinta, rasa sayang itu adalah universal yang tak kenal batas. Tak dibatasi warna kulit, suku, agama.

Rasa cinta itu tumbuh karena mereka adalah manusia yang punya hati untuk saling mengasihi.

Begitu besar rasa cinta yang mampu mendamaikan seluruh isi bumi. Begitu besar rasa kasih yang harus mereka manifestasikan dalam bentuk perdamaian.

Andai semua polisi di semua negara bagian dan kota melakukan hal yang sama, tentu tak akan terjadi hal-hal yang tak diinginkan.

Ah. ..jadi ingat Pemilu di negeri Eks Koloni Kumpeni. Kalau semua warga serta pemangku kepentingan melakukan hal yang sama, tentu tak perlu ada istilah Kampret, Cebong, PKI, Kadrun...

Karena kita semua tahu, bahwa empat kata terakhir yang saya sebut adalah manifestasi dari kebencian.

Salam waras, semoga semua makhluk bahagia, sejahtera, seger waras dan tak kurang satu apapun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun