Mohon tunggu...
Husaini.mhd
Husaini.mhd Mohon Tunggu... Wiraswasta - backpacker

Bermimpi Keliling Dunia untuk dapat menapaki jejak-jejak keindahan sang Pencipta dan mengabadikannya, berharap dapat menginspirasi orang-orang untuk traveling backpackermate.blogspot.co.id

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Berdua Menapaki Gunung Artapela Bandung

19 Oktober 2016   13:51 Diperbarui: 22 April 2017   17:00 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Meski cuaca tak bersahabat saat itu, hampir 5 menit sekali Mendung Hujan reda berkabut silih berganti, tapi tetap kindahanNya tidak pernah pudar...

"wahh apakah itu...?"

menurut salah satu warga sekitar, kepulan cahaya merah seperti bara api itu berasal dari kawah gunung papandayan…

Benarkah? entahlah...

Tidak lama kemudian ada 2 orang yang seperti sedang berpatroli melewati tenda kami, berhubung persediaan air yang kita bawa makin menipis hanya cukup untuk sarapan pagi saja, kitapun menanyakan pada mereka, ternyata mereka bukan petugas tapi warga sekitar yang berasal dari pangalengan, kata mereka ada sumber air dijalur via pangalengan yang tidak begitu jauh dari puncak, oh oke… sayapun menanyakan masalah jalur via pangalengan yang masih sangat minim info, orang-orang yang mendaki lewat pangalengan pun katanya mereka hanya menitipkan kendaraannya di Pos Satpam, tanpa ada perijinan yang legal.

Yup.. memang kemarin kita hanya membawa air cuman 3L karena menurut petugas pos disini tersedia air, memang agak sedikit bau karena air yang tidak terkena sinar matahari ceunah, tetapi kalau dipasak masih aman katanya.

Sekitar jam 05:00 pagi, langit mulai membiru diiringi sedikit demi sedikit cahaya matahari yang masih tersipu malu untuk menampakan dirinya, sebelum menikmati itu semua kitapun bergegas untuk sholat terlebih dahulu, setelah itu kitapun keluar tenda, ternyata diluar sudah banyak orang yang sedang mengabadikan moment dengan berfoto ria, kitapun bergegas mencari spot untuk menikmatinya.

Kedamaian itu ada di Alam
Kedamaian itu ada di Alam
Ketika menyaksikan keagungan sang pencipta, ditemani orang tercinta
Ketika menyaksikan keagungan sang pencipta, ditemani orang tercinta
Setelah cukup puas berjalan-jalan menikmati pagi yang lumayan cerah saat itu kitapun kembali ke tenda untuk membuat sarapan, dan saya mencari air ke jalur pangalengan. Saat berjalan sedikit kebawah ternyata jalur pangalengan masih terlihat rimbun pepohonannya, ketika saya sedikit memasuki hutan ternyata ada orang disana memberi tahu kalo mau ngambil air ke belakang puncak saja tinggal ikutin jalur itu terus kebawah  dan sayapun kembali untuk kearah itu (ya…yang pasti-pasti aja deh hhe)

Setelah itu saya kembali ke tenda ternyata Nasi goreng, sosis + saos & mayonnaise nya sudah siap disantap untuk sarapan kala itu. Hmmm… yummi :D

Tak terasa waktu menunjukan pukul 10:00 dan kitapun mulai beres2 untuk pulang, tak lama kemudian tiba-tiba kabut pekat datang diikuti hujan, yang memaksa kita menunda kepulangan dan berteduh didalam tenda. Sekitar jam 11:30an hujanpun mulai reda dan kitapun kembali beres2 packing, setelah semua beres sekitar jam 12an kitapun turun meski kabut masih menyelimuti, beberapa lama kemudian hujan  kembali turun dan kitapun meneruskan perjalanan memakai jas hujan, diperjalanan kita bertanya ke salah satu petani yang akan segera pulang “kalau jalur Seven Field (kebun 7) itu kemana?” ternyata mereka tidak tahu dengan nama itu hehe, katanya ada juga jalur yang muter agak landai (mungkin yang dimaksud yang kemarin kita lewati jalur datar jamuju) dan jalur yang langsung turun terus tapi agak curam (mungkin yang dimaksud jalur Seven field) itu hehe kitapun bergegas ke jalur yang langsung turun agak curam itu.

Hampir disepanjang perjalanan kita di guyur hujan, dengan cuaca yang sedikit berkabut mendung hujan reda silih berganti membuat jalur sangat berbahaya, berjalan menurun di tengah-tengah ketinggian perkebunan dengan tanah merah/tanah gembur yang basah membuat jalur menjadi sangat licin sayapun hampir 4 kali terjatuh dibuatnya, kitapun kadang merayap ketika melewati turunan yang curam karena hampir tidak ada pegangan ditengah-tengah perkebunan seperti itu, tidak seperti di hutan meski licin banyak tepian dahan atau akar yang bisa dijadikan pegangan.

Kala itu kita berjalan hampir sangat lambat, menguras tenaga, memang semua gunung mempunyai rintangan yang berbeda-beda, masing-masing mempunyai ciri khas nya tersendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun