Mohon tunggu...
Akhmad Husaini
Akhmad Husaini Mohon Tunggu... Admin Publikasi Humas dan TPL MTsN 3 Hulu Sungai Selatan

Terus menuliskan sesuatu yang terlintas, dengan pantas, tanpa batas.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tiang Harapan di Bawah Langit Angkinang yang Menanti

13 Oktober 2025   13:54 Diperbarui: 13 Oktober 2025   13:54 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Langit Angkinang yang berawan di sekitaran MTsN 3 HSS. (Foto : Akhmad Husaini)

Pada hari Senin (13/10/2025) siang, langit Angkinang Selatan hari itu memanggul beban kelabu yang pekat, seolah menyimpan janji agung yang hendak ditumpahkannya. 

Siang menjelang sore di sekitar MTsN 3 Hulu Sungai Selatan (HSS), tepatnya di RT 3 Desa Angkinang Selatan, terasa sunyi namun penuh antisipasi. 

Gumpalan awan mendung tebal merayap, menyelimuti wajah birunya langit, menjadi isyarat tak terucapkan bahwa sebentar lagi, bumi akan disirami berkah. Di bawah kanvas langit yang muram itu, tegak berdiri dua pilar beton pondasi gerbang madrasah. 

Mereka menjulang, masih kasar, dengan tulang-tulang besi yang mencuat angkuh ke angkasa. Bukan sekadar tiang penyangga, mereka adalah simbol. 

Simbol dari sebuah proses yang belum usai, sebuah harapan besar yang sedang dicor, tentang cita-cita tinggi yang akan menjadi gerbang bagi generasi-generasi masa depan. 

Tiang-tiang itu, dalam keheningan yang menunggu hujan, seolah membisikkan sebuah renungan : Bahwa setiap bangunan megah, setiap mimpi besar, selalu diawali dari pondasi yang sederhana.

Bahkan terlihat "mentah" seperti ini. Ia butuh ketahanan, butuh waktu, dan butuh kesabaran untuk melihatnya berdiri sempurna. Begitu juga dengan anak-anak bangsa yang menuntut ilmu di balik gerbang ini. 

Mereka adalah bibit-bibit yang sedang ditempa, diasah di bawah naungan madrasah. Mereka adalah proyeksi masa depan, yang hari ini mungkin masih "kasar" dan penuh kekurangan, namun sedang disiapkan untuk menjadi pilar-pilar kokoh bagi peradaban. 

Pepohonan rindang di sisi kiri terlihat legam kontras dengan cahaya suram di baliknya, seakan menjadi saksi bisu atas setiap langkah kaki, setiap pelajaran, dan setiap tetes keringat yang jatuh di madrasah ini. 

Hujan yang sebentar lagi turun bukanlah sekadar air, tapi metafora. Ia adalah ujian, ia adalah pembersih, dan ia adalah nutrisi. Sama seperti kesulitan yang akan membentuk jiwa para santri dan pelajar di sini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun