Salah satu solusi alternatif untuk meminimalisir kegagalan usaha pembenihan ikan gurami adalah menggunakan teknologi budidaya ikan sistem bioflok. Teknologi bioflok merupakan teknik menumbuhkan bakteri heterotrof dalam kolam budidaya ikan dengan tujuan untuk memanfaatkan limbah nitrogen (ammonia) menjadi pakan berprotein tinggi.
Ketua Pokdakan Mina Bangkit, Iskandar, mengatakan wabah penyakit mulai terjadi pada Bulan September 2021, yaitu pada saat peralihan musim pancaroba atau dari musim kemarau memasuki musim hujan.
"Wabah penyakit tersebut masih menyerang hingga saat ini sehingga banyak anggota Pokdakan yang mengalami kerugian besar. Tidak hanya benih ikan gurami saja banyak yang mati, namun induk ikan gurami yang dimiliki anggota Pokdakan sebagian besar juga banyak yang mati," katanya.
Diduga, lanjut Iskandar, penyebab merebaknya wabah penyakit ikan gurami tersebut akibat menurunnya daya tahan tubuh atau imunitas ikan gurami dan kualitas air yang digunakan untuk pembenihan ikan gurami.
"Sumber air yang digunakan untuk pembenihan ikan gurami berasal dari saluran irigasi yang mengalir di Desa Bukateja. Saluran irigasi tersebut sudah mengalami pencemaran yang berasal dari limbah domestik dan limbah pertanian, yang berasal dari pestisida dan pupuk kimia yang digunakan untuk aktivitas pertanian," pungkasnya.(war/tgr)
Artikel asli bisa diakses DI SINI