Mohon tunggu...
Christian Jati
Christian Jati Mohon Tunggu... Jurnalis - Humas Yayasan Tarakanita Surabaya

Humas Yayasan Tarakanita Surabaya | FB: Yayasan Tarakanita Wilayah Surabaya | Youtube: Humas Tarakanita Surabaya | Email: humastarakanitasby21@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Akulah Harapan

17 Desember 2020   13:28 Diperbarui: 17 Desember 2020   13:29 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
RD Laurensius Rony (Dokpri)

Surabaya -- Pembelajaran di Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2020/2021 telah selesai. Untuk itu SD Santo Yosef Tarakanita Surabaya merayakan misa sebagai wujud syukur kepada Tuhan atas satu semester yang telah berlalu. Ini juga merupakan bentuk implementasi pendidikan Tarakanita "Celebration" (rasa syukur).

Misa syukur diselenggarakan pada Kamis, 17 Desember 2020 pukul 09.00 WIB dengan tema "Tuhan senantiasa membimbing dan meretas jalan bagi kita putra-putriNya". Misa dipimpin oleh RD Laurentius Rony.

Misa dihadiri oleh para guru, orang tua, wali, dan para murid secara virtual melalui Live Streaming di kanal Youtube sd santo yosef tarakanita.

"Semoga semuanya senantiasa kita syukuri dan selalu menjadi refleksi untuk menjadi lebih maju, lebih baik lagi," sambut Yohanes Joko Winarto (Kepala SD Santo Yosef Tarakanita Surabaya) dalam pengantar sebelum misa.

Berangkat dari masa adven di mana seluruh umat Kristiani menantikan kelahiran Sang Mesias, Romo Rony membawakan homili tentang lilin pengharapan.

Romo bercerita, "Ada seorang anak menyalakan lilin di kamarnya setiap menjelang Natal. Namun pada waktu itu padam karena terkena angin."

"Ada percakapan antara beberapa lilin. Pertama, lilin perubahan: Apa gunanya saya menyala, anak-anak di dunia ini banyak yang tidak berubah. Ketika masa pandemi di rumah malah sering bertengkar dengan adiknya. Padahal di sekolah sudah dididik yang baik, menghormati, menghargai. Kok, belum ada perubahan. Ya, sudah, saya matikan diri saja!"

"Kedua, lilin cinta: Saya juga mematikan diri saja karena anak-anak di dunia ini tidak mau mematuhi perintah orang tuanya. Saat disuruh belajar, anak-anak malah memilih main game saja. Ya, sudah, saya matikan diri saja!"

"Ketiga, lilin iman: Saya matikan diri saja karena di masa pandemi ini banyak yang bermalas-malasan, tidak berdoa, padahal Tuhan selalu menyertai. Lebih baik saya mematikan diri saja!"

"Tinggal satu lilin lagi. Ketika satu anak tadi melihat lilinnya tinggal satu, dia menangis. Dia takut gelap."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun