Kemarin saya hendak bayar minuman di minimarket. Sambil menunggu antrian pembeli lainnya, mata saya tertuju pada rak arklirik putih berisi kumpulan jenis kondom yang selalu saya jumpai di dekat kasir.
Ada rasa ingin mengambil barang itu, namun seperti diurungkan niatnya karena ada rasa malu. Padahal ingin mengetahui deskripsi dari penjelasan di kotak kondom.
Tidak semua orang pria yang tahu fitur kondom ketika mereka beli, makanya tak jarang pria mengeluh kenapa ukuran kondomnya sempit, tidak bisa menutupi seluruh penisnya. Dan sebaliknya, merasa kondomnya kebesaran karena memiliki penis yang tidak maksimal.
Kali ini saya bukan mau membahas mengenai ukuran kondom. Melainkan saya merasa tentu ada alasan rak kondom di letakkan dekat kasir minimarket. Seperti kenapa Kinder Joy yang harganya seperti kondom ini pun dipajang di depan kasir karena targetnya adalah anak-anak.
Saya ingat dalam ilmu Visual Merchandise peletakan barang-barang tersebut bukan tanpa makna. Layaknya kondom yang seperti kita ketahui adalah tabu membicarakan seks di Indonesia. Ada rasa malu-malu yang dirasakan oleh sebagian orang.
1. Kondom Bukan Barang Sembarangan
Peletakan di meja kasir bisa jadi memberikan penanda kalau kondom adalah bukan barang sembarangan yang bisa diambil bebas. Saya membayangkan kalau kondom diletakkan bersamaan dengan obat-obatan atau perlengkapan mandi, bisa jadi lebih mudah dijangkau oleh anak kecil.
Peletakkan di dekat kasir bisa jadi meminimalkan orang mengambil sembarangan. Atau ketika ada orang hendak membeli yang bukan cukup umur akan pikir-pikir kembali ketika hendak beli. Walau kadang kita masih jumpai oknum kasir suka senyum-senyum ketika ada orang yang membeli kondom.
2. Agar Orangtua Dapat Memberikan Pemahaman Sex Education
Saya coba tanya ke teman yang kebetulan sudah memiliki anak ketika anaknya bertanya apa itu kondom saat di minimarket. Teman saya menjadi berpikir kritis untuk memberikan pemahaman tentang reproduksi sejak dini.
Sehingga, ketika bilang ke anak, kondom itu bukanlah permen atau balon untuk ditiup. Seorang psikolog dari Rumah Dandelion, pernah mengatakan kalau anak-anak usia sekolah, khususnya masih duduk di kelas 3, pendidikan seks yang perlu ditanamkan orangtua masih seputar biologis. Menjelaskan area mana yang boleh disentuh dan tidak.
Ketika anak sudah masuk kelas 6 baru dijelaskan mengenai pubertas.
Karena sudah pasti perusahaan sendiri juga punya SOP dan pertimbangan untuk bisnis mereka.
3. Agar Tidak Malu
Kalau saat antri bayaran pasti kita bosan. Saya juga termasuk orang yang bakal lihat-lihat barang jualan di kasir dan kalau tergoda pasti akan beli.
Biasanya barang tersebut seperti baterai, cokelat, permen karet, hand sanitizer, serta kondom dan pelicin. Kalau saya sedang bosan saya akan bacain semua petunjuk yang saya lihat.
Dan memang membeli kondom bagi sebagian pria itu malu. Kalau barang ini diletakkan di kasir, maka mereka bisa langsung segera bayar dan pergi.
4. Pihak Brand Ingin Survey
Saya mengira untuk brand pasti ingin melakukan survey dengan niat mengetahui kriteria seperti apa pembeli kondom mereka.
Dari karakter pembeli, kita bisa mendapatkan usia hingga jenis kelamin yang membeli. Termasuk waktu pembelian apakah pagi, siang atau malam hari.
Misalnya pembeli anak remaja biasanya membeli karena penasaran seperti apa bentuknya. Selain itu ada juga untuk mengetahui apakah masyarakat kita sudah teredukasi seks dengan baik.
Keberadaan kondom didekat kasir atau dipajang dirak depan sebenarnya sudah lama menimbulkan kontroversi. Ada yang risau dan ada yang menganggapnya wajar saja. Namun bagi brand tentu ingin produknya dijual lebih banyak.
Kalau kamu lebih suka membeli kondom yang di dekat meja kasir atau diletakkan terpisah?