"Satu-satunya yang pasti adalah ketidakpastian " Albert Einstein
Awalnya Mas Firman menjual bawang goreng kemasan 100 gram, namun harga bawang merah Sumenep meroket tajam belakangan ini. Keputusan mengurangi gramasi menjadi 80 gram, tanpa pengurangan kualitas.
Inflasi yang tinggi, secara tidak langsung dapat mengusik rupiah. Dalam konteks lebih luas, inflasi tinggi dapat menggerus nilai pendapatan masyarakat. Hal tersebut berdampak negatif terhadap kondisi perekonomian dan sosial masyarakat.
Tadinya barang yang didapat dari pembelanjaan uang 100 ribu rupiah di pasar saat ini, bisa jadi jumlahnya tidak sebanyak yang didapat 5-6 bulan yang lalu dengan item yang sama.
Mas Firman contoh pelaku bisnis kecil yang juga terpaksa mengurangi satu karyawan untuk membantu istrinya. Situasi pandemi saat ini merupakan ketidakpastian. Kita akan sering berjumpa dengan orang yang mengalami pukulan hancur lebur dampak Covid-19.
Menjaga Pilar Sistem Keuangan
Ketika inflasi seperti kendaraan yang ngebut di jalan tak berpenghalang, harus ada upaya menahannya agar kondisi tetap aman.
Inflasi yang bergejolak juga menimbulkan ketidakpastian bagi pasar dan pelaku ekonomi. Itu bisa membuat pelaku ekonomi sulit mengambil keputusan untuk melakukan investasi, kegiatan produksi, sekaligus konsumsi. Aktivitas perekonomian menurun, diikuti oleh melambatnya pertumbuhan ekonomi.
Sekarang hampir semua sektor bisnis mengalami goyang stabilitas ekonomi. Pelaku bisnis hanya bisa memangkas produksi untuk bertahan sementara waktu. Menurut Decoding The Economics of Covid-19, setidaknya ada sekitar 14 sektor bisnis yang berpotensi melemah dan menguat dalam pandemi. Goyangnya bisnis ini tentunya beruntun ke stabilitas ekonomi negara.