"Apa nama motifnya ini, Bu?"
"Tidak ada, kreasi sendiri, asal bagus, cerah. Sudah jadilah!" jawab si ibu sambil tertawa.
Tangan-tangan terampil perajin jumputan, membuat pola ikatan pada kain, mengikat kain, mencelup warna, hingga membuat lapisan akhir. Selesai pewarnaan, kain direbus di air hangat untuk membersihkan zat warna. Kemudian ditiriskan, barulah ikatan kain dilepas dan siap dijemur.Â
Nilai kain jumputan tergantung dari kerumitan, motif, dan bahan pewarna yang digunakan. Penggunaan pewarna alami akan lebih tinggi nilainya.
Menenun Generasi BaruÂ
"Nah inilah workshop yang kami bangun!" seru Syarif ketika mengajak kami ke tempat berikutnya. "Di sini tempat kami mengajak anak-anak muda menenun. Sayangnya masih terbatas dengan jumlah alat yang kami punya," tambahnya lagi.
Proses menenun cukup panjang, berkisar 1-3 bulan. Di workshop ini remaja diajarkan pemilihan benang, pemisahan benang, pewarnaan hingga pembuatan motif atau pelimaran kain yang setelah itu dibongkar dan dimasukkan dalam paletan.
Senyum terkembang menghiasi raut wajah mereka saat saya mengabadikan momen lewat kamera.