Mohon tunggu...
Ety Supriyatin
Ety Supriyatin Mohon Tunggu... Lainnya - Pembaca

Menulis apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. â– JUST BE MYSELFâ– 

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Mengubah Nasib dengan Transmigrasi

26 Oktober 2022   21:05 Diperbarui: 26 Oktober 2022   21:15 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia Lestari. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dulu, ketika era Suharto peluang transmigrasi dibuka secara besar-besaran. Transmigran yang paling banyak berasal dari pulau Jawa, hijrah ke beberapa pulau di luar Jawa untuk mengubah nasib yang lebih baik.

Salah satu tujuan para  transmigran adalah ke pulau Sumatera.

Hutan lebat yang kemudian disulap menjadi pemukiman penduduk, sangat bermanfaat sebagai tujuan utama bagi warga yang ingin memperbaiki perekonomian keluarga. 

Pada saat itu memang rakyat Indonesia banyak yang kurang mampu. Bahkan pegawai negeri yang kebanyakan dari tenaga pengajar tidak mampu menghidupi anak-anaknya dengan gaji bulanan yang tergolong rendah. 

Profesi  guru belum banyak diminati karena gaji rendah dan anggapan sebagian orang bahwa guru bukanlah profesi yang bergengsi dan menjanjikan. Tidak seperti sekarang, banyak para guru yang hidupnya makmur dan sejahtera. Juga anak-anak muda  banyak yang lebih memilih profesi sebagai guru.

Tahun 1982 pengangkatan transmigran dari Jawa ke Sumatera, berangkat melewati jalur udara dengan naik pesawat. Mungkin pada saat itu untuk kali pertama mereka naik pesawat bersama keluarga. 

Dengan tekad ingin memperbaiki ekonomi mereka meninggalkan sanak saudara hanya berbekal pakaian anggota keluarganya. Karena biaya  perjalanan seluruhnya ditanggung pemerintah termasuk jatah makan setiap transit di tempat-tempat yang sudah ditentukan.

Sampai di lokasi mereka menempati rumah baru yang terbuat dari papan kayu dan beratapkan seng. Tempat tidur dan meja kursi juga dari kayu. Jatah peralatan bertani pun sudah disediakan lengkap berikut bibit pohon singkong untuk ditanam di sekitar rumah yang luasnya seperempat hektar. 

Untuk beberapa bulan dijatah beras dan ikan asin gratis. Mereka juga diberi jatah lahan yang lokasinya jauh dari pemukiman penduduk seluas masing-masing satu hektar per-KK.

Meskipun harus beradaptasi di lingkungan baru yang  berasal dari daerah yang berbeda-beda, dan juga  jauh dari keramaian, mereka mencoba  bertahan dan berusaha betah. Karena jika tidak betah dan ingin pulang kembali ke Jawa, semua biaya harus ditanggung sendiri. Sedangkan uangpun tentu belum ada untuk biaya pulang.

Banyak transmigran yang bertahan hingga sekarang. Mereka mengelola lahan satu hektar yang dulu diberikan pada waktu awal datang. Dan banyak yang sudah memiliki puluhan hektar perkebunan kelapa sawit. Hidup mereka sudah berubah total. Banyak yang anak-anaknya dulu masih sekolah dasar, sekarang sudah punya anak cucu yang sukses juga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun