Mohon tunggu...
Hanifa Paramitha Siswanti
Hanifa Paramitha Siswanti Mohon Tunggu... Penulis - STORYTELLER

Penikmat kopi pekat ----- MC, TV Host, VO Talent ----- Instagram: @hpsiswanti ----- Podcast Celoteh Ambu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kalau Sandal Bisa Ngomong

11 Juni 2020   14:24 Diperbarui: 11 Juni 2020   14:46 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: jatimaktual.com

"Nah Uprit dan Tomas sering berkisah tentang gimana tangguhnya mereka melewati medan jalanan berdebu, basah, becek, kasar, dan bau. Mereka baik-baik saja, Jep. Para pembantu bangga dengan dengan sandal masing-masing  karena kokoh dan kuat, sehingga menghemat pengeluaran beli sandal baru," Belle menerawang.

"Wah kapan-kapan kenalin dong! Aku suka deh dengan kaum sandal yang setrong-setrong gitu," Jepita berujar.

"Yee dasar anjen. Aku lanjutkan ya. Singkat cerita, karena terlalu sering dibawa ke medan yang nggak sesuai bahan, kulitku jadi rusak dan bocel di sana-sini.  Nih lihat, banyak sekali bekas sabetan ranting dan duri di tubuhku," Belle menujukkan tubuhnya yang tidak sempurna.

"Hmm.. apakah ini alasan kamu berada di gerobak rongsokan?" tanya Jepita prihatin.

"Bisa jadi. Pemilikku sebenarnya nyaman saja memakaiku, namun orang tuanya tidak. Mereka khawatir kaki anaknya akan terluka dan jadi nggak higienis jika terus memakaiku yang udah rombeng begini. Karena pemilikku terus mempertahakan, akhirnya aku dibuang secara diam-diam oleh tukang kebun suruhan orang tuanya tadi malam. Padahal aku baru saja dibeli seminggu lalu," ucap Belle sambil mengangkat bahu.

"Ya ampun tragis banget. Ternyata perkiraanku salah. Hidup kamu memang terkesan enak, tapi kurang kasih sayang dari sekitar. Akhirnya malah dicampakkan," kata Jepita.

"Memang begitulah hidup, Jep. Kita nggak bisa menilai sesuatu dari tampak luarnya saja. Jangan pakai perspektif pribadi untuk menilai hal lain. Coba lihat diri kamu. Sudah setahun sejak kita berpisah, rupanya kamu masih dipakai  oleh anak pedagang pasar itu. Awet banget. Umur kebermanfaatan kamu lebih lama dibandingkan aku," cerita Belle.

"Ya..ya. Kini aku paham. Segala sesuatu pasti punya peranannya sendiri," ujar Jepita sembari menopang dagu.

"Betul sekali. Kita semua kaum sandal sudah punya peran masing-masing, tinggal dijalani aja dengan penuh rasa syukur.  Lalu pakai juga potensi diri kita semaksimal mungkin supaya bermanfaat maksimal bagi sekitar," sambung Belle.

Sinar matahari mulai naik perlahan. Gerobak rongsokan terasa agak  menghangat. Jepita dan Belle masih terdiam dan tenggelam dalam pikiran masing-masing. Tak sadar  keduanya tengah beralih dari gerobak ke keranjang rotan oleh pemulung cilik. ***

Hanifa Paramitha

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun