Mohon tunggu...
Hanifa Paramitha Siswanti
Hanifa Paramitha Siswanti Mohon Tunggu... Penulis - STORYTELLER

Penikmat kopi pekat ----- MC, TV Host, VO Talent ----- Instagram: @hpsiswanti ----- Podcast Celoteh Ambu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kalau Sandal Bisa Ngomong

11 Juni 2020   14:24 Diperbarui: 11 Juni 2020   14:46 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: jatimaktual.com

Alkisah ada dua pasang sandal jepit yang pernah berteman, Jepita dan Belle. Mereka pernah menghuni pabrik yang sama. Namun keduanya berasal dari bahan yang berbeda. Jepita hanya sandal karet dengan sol tipis, sedangkan Belle berlapis kulit dengan aksen bulu di bagian jepit. Solnya pun tebal, ringan, dan berhias manik-manik di sekelilingnya.

Perbedaan segmen membuat Jepita dan Belle disimpan dalam tempat berbeda. Jika Belle menempati kotak kaca, Jepita harus puas hanya dimasukkan dalam plastik kresek bening. Keduanya pun terpisah karena Jepita dan teman-teman selevelnya telah diorder oleh pedagang eceran di pasar. Mereka bakal dipamerkan dengan cara digelar begitu saja di atas terpal yang bermandikan terik matahari.

Sementara Belle dan rekan-rekan sederajatnya siap meluncur ke supermal berkelas. Menempati etalase kaca di ruangan berpendingin udara dalam sebuah department store kenamaan.

Lama tak berjumpa, kini mereka kembali dipertemukan dalam gerobak rongsokan.

"Woy, Jepita. Lama banget nggak ketemu! Apa kabar deh?"sahut Belle.

"Hai, Belle. Kabarku..ya biasa aja sih. Gini-gini doang. Kalau kamu?" jawab Jepita tersenyum.

"Ya.. sama. Begini aja aku mah. Nasib sandal. Hehehe," Belle terkekeh.

"Nasib sandal kenapa emangnya? Kan kamu sandal mahal, pasti nasibnya lebih keren daripada aku," Jepita bertanya-tanya dengan mata penuh ingin tahu.

"Hahaha!" Belle terbahak.

"Ih sebel malah ngetawain. Nanya serius nih," Jepita merajuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun