Mohon tunggu...
H. Alvy Pongoh
H. Alvy Pongoh Mohon Tunggu... Traveller & Life Learner

I am a very positive person who love to do the challenge things and to meet the new people. I am an aviation specialist who love to learn, share, discuss, write, train and teach about aviation business and air transport management.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Nama 'Allah' Milik Siapa?

16 Oktober 2013   23:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:26 1792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Nama 'Allah' Milik Siapa?

Kemarin tepat tanggal 15 Oktober 2013 di saat umat Islam merayakan Hari Raya Idul Adha 10 Dzulhijjah 1434 Hijriah, saya terkaget saat membaca sebuah berita berjudul: "Pengadilan Malaysia Putuskan Kata 'Allah' hanya untuk Muslim" dari media online TribunNews.com melalui media sosial Twitter. Kemudian saya segera menekan tautan dari berita itu untuk membacanya secara lengkap. Ternyata isi beritanya menjelaskan bahwa sebuah pengadilan Malaysia pada tanggal 15 Oktober 2013 memutuskan bahwa sebuah koran Kristen dilarang menggunakan kata 'Allah'. Keputusan penuh dari tiga hakim muslim di pengadilan banding Malaysia itu menganulir putusan tahun 2009 dari sebuah pengadilan yang mengizinkan edisi bahasa Melayu dari koran 'The Herald' untuk menggunakan kata Allah, padahal selama berabad-abad kaum Kristiani di Malaysia telah menggunakan kata ini.

Berkaitan dengan hal ini pemerintah Malaysia menegaskan bahwa kata 'Allah' adalah khusus untuk kaum muslim. Sebelumnya koran 'The Herald' telah memenangkan 'judicial review' atas keputusan Menteri Dalam Negeri tahun 2009 tersebut, namun hal itu malah memicu banding dari pemerintah pusat. Para pengacara dari koran Katolik itu beralasan bahwa kata 'Allah' sudah sangat luas digunakan oleh orang-orang Melayu Kristen di Sabah dan Sarawak selama berabad-abad. Mereka akan mengajukan banding atas keputusan ini kepada Mahkamah Agung Malaysia. Saat ini warga Kristen di Malaysia mencapai 9 persen dari total 28 juta penduduk negeri jiran itu.

Berita tersebut diatas menjadi sangat menarik bagi saya untuk menelusuri lebih jauh tentang asal usul dari kata 'Allah' dan apakah kata 'Allah' itu benar-benar milik dari kaum muslim saja? Menurut Wikipedia, pengertian dari: "Allah (dalam Bahasa Arab: الله dan dalam Bahasa Inggris: God) adalah nama zat yang Maha-sempurna, Maha-berkuasa, Maha-mengetahui, dan Maha-Penyayang; yang berhak disembah oleh seluruh manusia". Tanggapan mengenai 'Allah' ini berbeda-beda pada tiap-tiap agama, seperti dalam agama-agama samawi (monoteis), yakni: Yahudi, Kristen dan Islam, dan agama-agama politeis. Tetapi walaupun demikian, Allah merupakan satu konsep yang dapat dijumpai secara universial pada setiap bangsa dan agama di dunia ini.

Istilah 'dewa' atau zat yang disembah oleh manusia dalam bahasa Arab disebut 'ilah'. Beberapa teori mencoba menganalisa etimologi darikata 'Allah'. Salah satunya mengatakan bahwa kata Allāh (الله) berasal dari gabungan dari kata al- (sang) danʾilāh (dewa) sehingga berarti 'Sang Dewa'. Teori lain mengatakan kata ini berasal dari kata bahasa Aram yaitu Alāhā. Cendekiawan muslim kadang-kadang menerjemahkan Allah menjadi 'God' dalam bahasa Inggris. Namun demikian, sebagian yang lain mengatakan bahwa kata 'Allah' tidak untuk diterjemahkan, dengan berargumen bahwa kata tersebut khusus dan agung sehingga mesti dijaga, tidak memiliki bentuk jamak dan gender (berbeda dengan 'God' yang memiliki bentuk jamak 'Gods' dan bentuk feminin 'Goddess' dalam bahasa Inggris). Isu ini menjadi penting dalam upaya penerjemahan Al-Qur'an.

Kata 'Allah' ini lebih banyak dikenal sebagai sebutan nama Tuhan oleh penganut agama Islam dan juga terdapat sebanyak 2,679 kata ‘Allah’ dalam kitab suci agama Islam, Al-Quran. Kata ini sendiri di kalangan para penutur bahasa Arab, adalah kata yang umum untuk menyebut Tuhan, terlepas dari agama mereka, termasuk penganut Yahudi dan Kristen Arab. Konsekuensinya, kata ini digunakan juga dalam terjemahan kitab suci agama Kristen dan Yahudi yang berbahasa Arab, sebagaimana pula terjemahan Alkitab dalam bahasa Indonesia dan Turki. Kata 'Allah' sudah digunakan dalam Bahasa Arab untuk merujuk kepada zat sang Maha Pencipta. Jauh sebelumnya di Mesopotamia di mana rumpun Semitik bermula, orang-orang sudah mengenal nama 'El' atau 'Il' sebagai nama dewa tertinggi dalam pantheon Babilonia namun bagi sebagian besar keturunan Sem nama itu dimengerti sebagai Tuhan Yang Maha Esa Pencipta Langit dan Bumi.

Kata 'Allah' berasal dari bahasa Semitik, yang merujuk kepada Sem, putra nabi Nuh. Bahasa Semitik juga merupakan kelompok bahasa yang terdiri dari bahasa Arab, Amhar dan Ibrani. Kata lain dari 'Allah' dalam bahasa Ibrani yang berasal dari bahasa Semitik yaitu: 'Elohim', 'El', 'Elyon' dan 'Eloah'. Dalam kitab suci umat Kristiani, Alkitab terdapat 2.500 kata 'Elohim', dimulai dari ayat pertama dari Alkitab Perjanjiian Lama, yaitu: “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi” (Kitab Kejadian 1:1). 'Elohim' adalah nama pertama yang diberikan bagi Sang Pencipta dalam Kitab Suci umat Kristiani yang ditulis dalam bahasa Ibrani, yang kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dengan istilah nama 'Allah'.

Kembali ke negeri jiran Malaysia, ternyata terdapat sebuah peninggalan bersejarah yang menjadi tonggak keberadaan Islam di negeri itu. Dalam batu bersurat "Prasasti Terengganu" pada tahun 1326 atau 1386 Masehi yang merupakan peninggalan tertua umat Islam di tanah Melayu dipercaya sebagai awal masuknya agama Islam di tanah Melayu, kata 'Allah' disebut sebagai 'Dewata Mulia Raya'. Hal itu menunjukkan bahwa kata 'Dewata Mulia Raya' lebih bisa diterima di kalangan masyarakat Melayu pada masa itu sebagai kata yang mengacu kepada zat yang Maha Kuasa Pencipta Langit dan Bumi.

Dalam Alkitab edisi Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS) dapat dibaca 10 Perintah Tuhan (Dasa Titah) yaitu hukum ke-1: "Jangan menyembah ilah-ilah lain. Sembahlah Aku saja" (Kitab Keluaran 20:3). Hukum pertama bagi umat Kristiani ini ternyata sama dengan kalimat syahadat yang pertama bagi umat Islam yaitu: "Aku bersaksi tiada Tuhan (yang patut disembah) selain Allah". Dalam Al-Quran Surat At-Taubah:129 juga dinyatakan: “Cukuplah Allah bagiku, tidak ada Tuhan selain dari-Nya. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal”. Adanya kesamaan perintah dari Tuhan yang bernama 'Allah' kepada umat dua agama ini sangatlah menarik, oleh karena kedua agama ini sama-sama tergolong sebagai agama Abrahamik.

Dalam ilmu perbandingan agama, agama Abrahamik, yang sering disebut sebagai agama samawi atau agama Ibrahimiyyah adalah setiap agama yang muncul dari suatu tradisi Semit kuno yang ditelusuri oleh para pemeluknya kepada Abraham atau Ibrahim, nama seorang nabi di dalam Al-Qur'an dan Alkitab. Agama Abrahamik ini merupakan kelompok besar dari agama-agama monoteistik, termasuk Yahudi, Kristen dan Islam. Agama Abrahamik mewakili lebih dari setengah dari seluruh pemeluk agama di dunia. Namun banyak dari para pemeluk agama ini yang menolak pengelompokan agama atau kepercayaan mereka seperti ini dengan alasan bahwa agama mereka pada intinya dan dasarnya mengandung gagasan-gagasan yang berbeda atau bahkan berlawanan dengan gagasan-gagasan agama yang lainnya mengenai Abraham dan Tuhan atau 'Allah'.

Menurut tradisi Yahudi, Abraham adalah orang pertama dari masa pasca air bah yang menolak penyembahan berhala, karena itu secara simbolis ia muncul sebagai tokoh fundamental untuk agama monoteistik. Dalam Islam ia dianggap sebagai pemeluk monoteis yang pertama di dunia, ketika monoteisme telah lenyap dan karenanya sering disebut sebagai Ibrahim al-Hanif atau Abraham sang Monoteis. Sedangkan bagi umat Kristiani, ia dianggap sebagai "Bapak dari semua orang yang beriman". Berdasarkan pada latar belakang sejarah agama Abrahamik dan asal usul dari nama 'Allah' seperti dijelaskan di atas, maka menurut saya dapat disimpulkan bahwa: "umat dari agama Abrahamik berhak untuk menggunakan nama 'Allah' sebagai Tuhan Pencipta Langit dan Bumi yang mereka sembah".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun