VOC pun mempengaruhi kebijakan pemerintahannya. Sultan Ageng Tirtayasa kecewa dengan tindakan putranya sehingga beliau berniat mencabut kekuasaan putranya. VOC memanfaatkan situasi tersebut dengan mendukung Sultan Haji.Â
Hasilnya, Sultan Ageng Tirtayasa disingkirkan dari istana. Semakin berjalannya waktu, Banten menyerahkan Lampung kepada VOC pada 1682. Sultan terakhir yang memimpin Kesultanan Banten adalah Sultan Muhammad bin Muhammad Muhyiddin Zainussalihin. Beliau dilucuti dan dipaksa turun tahta oleh Thomas Stamford Raffles yang mengakhiri riwayat Kesultanan Banten.
Kesultanan Tidore
Lokasi
Secara geografis, Kesultanan Tidore terletak di Kepulauan Maluku, antar Sulawesi dan Papua. Kesultanan Tidore berpusat di Tidore, Maluku Utara. Kekuasaannya mencakup sebagian besar Halmahera Selatan, Pulau Buru, Ambon, dan pulau-pulau di pesisir Papua Barat.Â
Letaknya yang strategis untuk lalu lintas perdagangan dan posisinya sebagai penghasil rempah-rempah membuat Kesultanan Tidore dan Kesultanan Ternate berperan penting dalam perdagangan. Rempah-rempah yang menjadi komoditas utama menarik minat bangsa-bangsa lain, baik dari Nusantara maupun dari Eropa.
Profil Singkat Raja
Sultan pertama Kesultanan Tidore adalah Sultan Caliati atau Jamaluddin. Beliau memerintah Kesultanan Tidore sejak 1495-1512. Sebelumnya, tidak ada catatan sejarah mengenai pemimpin bergelar sultan yang memimpin Kesultanan Tidore sebelum Caliati. Sultan yang paling berjaya adalah Sultan Nuku.Â
Beliau memerintah Kesultanan Tidore sejak 1738-1805. Pada masa pemerintahannya, pengaruh budaya Portugis dan Belanda lebih berpusat di luar Kesultanan Tidore. Hal ini dikarenakan sikapnya yang anti-imperialis. Saat ini, Kesultanan Tidore dipimpin oleh Sultan Husain Syah.
Ciri Khas
Letaknya yang strategis membuat Kesultanan Tidore menjadi kancah aktivitas dan lalu lintas perdagangan. Karena posisinya sebagai penghasil rempah-rempah yang besar, Kepulauan Maluku dijuluki The Spice Islands (Kepulauan Rempah-rempah) dan membuat komoditas utama perdagangan Kesultanan Tidore berupa rempah-rempah.Â
Kesultanan Tidore memiliki kekuatan di bidang militer karena letaknya yang bersama Kesultanan Ternate. Namun, Kesultanan Tidore memiliki kelemahan, yaitu mudah diadu domba yang menimbulkan kedua kesultanan berperang melawan satu sama lain.
Masa Keemasan
Masa keemasan Kesultanan Tidore terjadi pada masa pemerintahan Sultan Nuku. Pada masa pemerintahannya, pengaruh budaya Portugis dan Belanda (VOC) Lebih berpusat di luar Kesultanan Tidore, seperti di Maluku selatan (Ambon).Â
Hal ini dikarenakan beliau yang bersifat anti-imperialis. Oleh karena itu, Islam lebih berkembang di Maluku utara. Beliau juga menyatukan Ternate dan Tidore untuk bersama-sama melawan Belanda yang dibantu Inggris. Belanda kalah dan terusir dari Ternate dan Tidore. Sementara itu, Inggris membentuk hubungan dagang bersama Ternate dan Tidore.