"Atas penetapan RUPSLB saya tidak dapat menerima keputusan itu, saya memutuskan untuk mengundurkan diri hasil keputusan RUPSLB BTN," ujar Suprajarto di Jakarta, Kamis malam.Â
Suprajarto mengaku tak pernah diajak bicara oleh Kementerian BUMN terkait pencopotan dirinya dari Dirut BRI. Mengenai jabatan barunya di BTN pun tak pernah ada pembicaraan sebelumnya.Â
"Saya sendiri baru tahu setelah membaca dari media bahwa saya ditetapkan menjadi Dirut  BTN. Di mana saya tidak pernah diajak bicara mengenai penetapan ini apalagi musyawarah," kata Suprajarto.
Terkait dengan kisruh penunjukan Suprajarto menjadi Dirut BTN yang berujung penolakan tersebut menurut analisis penulis dilatarbelakangi oleh 2 (dua) alasan, yakni:
1. Periode Masa Kerja yang belum berakhir, sehingga kemungkinan masih banyak agenda-agenda strategis yang belum dilaksanakan dan masih harus dilaksanakan oleh di BRI.Â
Tiba-tiba tanpa pemberitahuan dan diskusi sebelumnya dilakukan penggantian. Hal ini sudah barang tentu akan memunculkan berbagai opini yang kurang proporsional terhadap kinerja Direksi BRI dibawah kepemimpinan Direktur Utama.
2. Penggantian tersebut dilaksankan dengan menugaskan Suprajarto menjadi Dirut di sebuah Bank BUMN yang secara ekonomis skala bisnisnya jauh lebih kecil.Â
Hal ini sudah barang tentu juga akan menimbulkan opini di tengah masyarakat mengenai kinerja yang bersangkutan selama memimpin BRI. Masyarakat bisa saja mempersepsikan Suprajarto telah gagal atau kurang berhasil dalam memimpin BRI sehingga harus dipindahlkan memimpin bank yang secara skala bisnis jauh lebih kecil.
Kedua latar belakang tersebut menurut penulis saling berkaitan satu sama lain yang bisa saja membuat penilaian yang kurang pas atau cenderung negatif terhadap kinerja seorang Suprajarto selama memimpin BRI, sehingga penugasannya menjadi Dirut BTN secara tidak langsung merupakan sebuah punishment.Â
Walaupun menurut Suprajarto pencopotan dirinya dari jabatan Dirut BRI dan penunjukannya menjadi Dirut BTN tidak pernah dibicarakan sebelumnya, namun alasan dimaksud tetap tidak bisa dilepaskan dari kedua latar belakang tersebut.
Model Pengelolaan BUMN di Indonesia, Singapura, dan MalaysiaÂ
Terkait dengan hal tersebut, ada baiknya pemerintah Indonesia meniru keberhasilan (success story) suksesi kepemimpinan BUMN di beberapa negara, khususnya di ASEAN.