Mereka menuju ke sebuah piring tertutup tudung saji berisi ikan goreng. Setelah menyelinap lewat celah tudung, masing-masing memotong ikan itu menjadi serpihan-serpihan kecil, lantas memanggulnya di atas punggung, dan berjalan kembali lewat rute yang sama menuju sarang di balik pintu.
Itu adalah imajinasi. Bisa tertulis karena pengamatan secara objektif (kita dengan sengaja melihat perilaku semut) atau membayangkan saja dalam pikiran.
Masih ada sumber lain untuk melatih imajinasi
Kita bisa pula perbanyak menonton film atau tayangan televisi yang penuh imajinasi. Semisal, kita mau menulis cerpen tentang hantu. Sementara kita tidak pernah melihat hantu. Kita tidak pernah pula didatangi hantu. Tidak ada bayangan sama sekali.
Caranya sangat gampang untuk mendatangkan hantu (maksud saya, menjelaskan hantu seperti apa). Tinggal tonton film setan dan amati tampilannya.
Imajinasi tentang sosok hantu juga sejalan dengan imajinasi perasaannya. Bagaimana ketakutan yang timbul seusai melihat hantu. Bagaimana ekspresi dan kata-kata yang pas untuk melukiskan ketakutan. Ini bisa dilihat dari pemeran di tayangan atau kita sendiri yang merasakannya seusai menonton.
Pada sisi lain, mempertajam imajinasi juga bisa lewat memperbanyak baca buku cerita. Tidak sekadar membaca kata demi kata, melainkan juga membayangkan kata itu dalam imajinasi. Cerita seperti hidup dalam pikiran dan kita masuk sebagai tokoh di dalamnya.
Catatan: kita harus nyaman dengan imajinasi
Agar tepat menggambarkan imajinasi dalam pilihan kata-kata, kita harus nyaman dulu dengan imajinasi itu. Kita tidak boleh takut atau merasa terganggu. Semisal lagi, kita diminta membuat cerpen pembunuhan.
Kita harus nyaman dengan merahnya darah yang bermuncratan. Dengan tajamnya pisau atau belati yang bersimbah darah. Dengan tubuh korban yang menggelepar di lantai. Dengan teriakan manusia yang hampir mati. Dengan kepuasan sang pembunuh seusai melihat korban mati.
Ini untuk memaksimalkan penggambaran pembunuhan. Kata-kata semakin banyak dituliskan dan tepat. Kalau kita takut duluan, saya sarankan tidak perlu menuliskan. Nanti akan tanggung, baik dari kejadian maupun perasaan yang ditimbulkan. Bisa dirasakan benar oleh pembaca.