Apa kata kakak? Katanya, tenang saja. Sebagian orang mengalami itu. Biasanya, orang jika terlalu tegang, sarafnya sedikit terganggu. Dibawalah saya ke dokter saraf.Â
Saya masih ingat waktu itu saya bercerita banyak kepada sang dokter. Saya suka dan entah kenapa ada kelepasan beban setelahnya. Saraf-saraf yang tegang mulai kendor.
Bahkan (saya tidak malu bercerita ini), saya direkomendasikan untuk dibelikan sebuah obat keras yang biasanya didapat di rumah sakit jiwa. Saya sudah tergolong sakit jiwa ya?
Akhirnya, sekarang keadaan saya mulai membaik. Saya tidak lagi bertanya-tanya sendiri, jawab-jawab sendiri. Saraf-saraf yang tegang mulai kendor. Tidak seperti pertama kali menderita. Mau mati rasanya.Â
Kalau Anda dokter saraf, sangat paham hal ini.
Yang paling tahu keadaan diri adalah kita sendiri
Kembali ke masalah ditertawakan. Jujur, saya sakit hati. Sedang susah, malah ditertawakan. Rekan itu tidak tahu keadaan saya sesungguhnya.
Saya pun malas bercerita karena paling-paling juga ia tidak bisa menjawab. Penyakit ini tidak semua orang mengalami. Orang akan sulit paham jika tidak menderita karenanya.
Saya tahan-tahanlah emosi. Apalagi ia lebih senior dari saya. Sebagai bentuk penghormatan, saya terima saja tertawaannya. Saya lebih memfokuskan diri mencari jawaban atas pertanyaan penyakit saya.
Kini, saya tidak menaruh dendam padanya. Saya tidak kesal lagi. Wajar, jika ia memandang aneh saya waktu itu. Namanya juga orang menderita sesuatu yang belum pernah dirasakan dan benar-benar aneh sekali.
Saya pribadi yang sebisa mungkin tidak ingin merepotkan orang