Selamat dini hari, Diari. Maaf saya membangunkanmu. Ada sesuatu yang mengganjal yang harus saya ceritakan. Baru saja terjadi, tepatnya kemarin Kamis, 22 Juli 2021. Pada saat seharusnya sebagian Kompasianer bersuka karena beroleh sejumlah uang yang masuk ke akun gopay-nya, saya sebaliknya. Sedih dan kecewa.
Boleh jadi ini terjadi karena kebelumtahuan saya atas kebijakan tertulis dari sebuah sistem. Boleh pula memang belum ada kebijakan yang disosialisasikan seputar khusus hal ini (sependektahuan saya). Baru dari jawaban pihak berwenang, saya mengerti.
Baiklah, Diari, akan saya jelaskan sejelas-jelasnya, selengkap-lengkapnya, agar semua Kompasianer tahu. Agar kemalangan yang saya alami tidak terulang.
Awal bulan ini, tepatnya tanggal 1 Juli, ponsel saya rusak. Mati tanpa bisa dihidupkan kembali. Saya bawalah ke toko ponsel dan dari hasil pemeriksaan, ponsel tidak bisa diselamatkan.
Selama ini saya memakai dua nomor. Masing-masing beda penyedia. Karena faktor lingkungan yang tidak mendukung (kamar agak tertutup sehingga susah sinyal), saya memakai salah satu nomor yang sinyalnya lebih peka.
Nomor satunya lagi saya biarkan begitu saja. Kurang berguna, sebab tidak bisa untuk internetan. Lama-kelamaan, saya tidak sadar, ternyata nomor itu sudah mati.Â
Lama memang tidak saya isi. Tetapi, herannya, nomor itu masih berfungsi untuk aplikasi WA dan gopay. Sepertinya karena menggunakan internet nomor satunya lagi.
Di sinilah, perkara yang mengusik emosi terjadi. Nomor itu yang terdaftar pada akun profil Kompasiana saya.
Pada satu sisi...
Berdasarkan pengumuman resmi dari akun Kompasiana, bulan Juni saya mendapat K-Rewards sebesar Rp229.479,00. Lumayan, melebihi seperlima juta. Sangat bermanfaat sebagai pengganti kuota internet.