Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Bagaimana Cara Anak Bungsu Punya Adik?

21 Juni 2021   08:16 Diperbarui: 21 Juni 2021   09:40 798
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kakak dan adik, sumber: Grid

Seorang lelaki bermain ke tempat temannya. Ia sudah berulang kali melakukan. Setiap ada waktu luang, ia sempatkan bertandang. Baginya, orang-orang di sana yang sebagian besar berumur lebih muda darinya telah dianggapnya sebagai adik.

Ia sering pergi menonton bersama mereka. Ia kerap membagi makanan untuk mereka. Sebagian hidupnya dalam perantauan dihabiskan dengan mereka. Sudah bagaikan keluarga sendiri.

Saya seorang anak bungsu. Anak terakhir dari empat bersaudara. Anak yang tentu tidak punya adik. Ketiga kakak dari yang pertama hingga ketiga berurutan: laki-laki, laki-laki, dan perempuan. Kakak ketiga umurnya selisih sepuluh tahun dengan saya.

Mama melahirkan saya pada umur 44 (empat puluh empat tahun). Umur yang dipandang begitu berisiko bagi sebagian wanita zaman sekarang untuk punya anak. Saya tidak tahu sebab pastinya. Apakah wanita zaman dahulu memang lebih kuat?

Kehidupan saya sebagai anak terakhir tidak lepas dari banyak nasihat, baik dari orangtua maupun kakak-kakak. Saya sudah begitu kenyang dan jika menjadi bijak sekarang -- mungkin Anda nilai seperti itu dari tulisan saya, betapa alamiah terjadi.

Saya memutuskan dengar-dengaran. Setiap perkataan yang mengandung kebaikan meskipun berbentuk teguran, saya pahami benar. Saya tidak berani melawan, karena paham efeknya tidak baik.

Pada satu sisi, saya juga ingin punya adik. Melihat sebagian teman yang adalah seorang kakak, bermain asyik dengan adiknya, saya terkadang iri.

Saya ingin terlihat lebih tua dan bijak di mata seorang adik. Saya ingin berbagi kebijaksanaan padanya. Tentu, jika dilakukan pada kakak adalah sangat sungkan.

Berharap mama melahirkan lagi, tidak mungkin. Akhirnya, saya melakukan hal-hal berikut agar bisa punya adik.

Angkat teman seolah-olah menjadi adik

Boleh secara verbal maupun diam-diam, kita menyatakan telah mengangkat adik dari seorang teman. Bisa kita katakan langsung ke orangnya bahwa ia adalah adik kita.

Atau, kita pendam saja dalam pemikiran dan ingatlah ia adik angkat kita. Di sekitar banyak yang berpotensi. Bisa teman, sahabat, atau rekan kerja yang umurnya tentu di bawah kita.

Jika rekan kerja, kemungkinan pengalaman bekerjanya jauh di bawah. Kita lebih paham kondisi lingkungan kerja. Kita serasa sedikit di atas angin. Saya punya satu rekan yang telah saya anggap sebagai adik. Saya sampai hafal kebiasaannya baik kelebihan maupun kekurangan.

Ikut asyik dalam kegemarannya

Agar hubungan lebih dekat, ikutlah dalam setiap kegemarannya. Sok asyik tidak apa-apa. Berkorban uang pun tidak masalah. Suatu saat, sebagaimana kita telah memberi perhatian padanya, kita juga akan mendapat perhatian darinya, bukan?

Semisal waktu sakit. Anak-anak dalam perantauan yang jauh dari orangtua tentu butuh pertolongan dari sekitar. Bantuan dari adik angkat sangatlah berguna. 

Saya percaya, apa yang kita tabur pasti dituai.

Jadi pribadi yang memberi teladan

Figur kakak seyogianya memberi teladan. Karena umur lebih tua, pengalaman lebih beragam, lebih banyak pelajaran hidup telah dipetik. Bisa diperlihatkan dalam bentuk perilaku atau tutur kata. Sekali waktu dalam obrolan serius, boleh diejawantahkan berupa nasihat.

Yang lebih muda pasti membutuhkan pencerahan. Jadilah kakak yang mencerahkan pada saat yang tepat. Jika setiap kali memberi nasihat, adik mana yang betah? 

Terbuka atas setiap masukan

Lebih tua bukan berarti selalu benar dan tidak boleh dikritik. Ada waktu di mana kita tidak mampu mengendalikan diri sepenuhnya -- karena termakan emosi -- sehingga kesalahan tetap terjadi.

Jadilah kakak yang terbuka atas setiap masukan. Dalam hubungan kakak adik, ini begitu menyamankan dan berpotensi terus mempererat. Hubungan kian dekat dan persaudaraan terjalin lebih akrab.

Akhir kata...

Bagi sebagian anak bungsu, punya adik adalah impian. Oleh sebab orangtua sudah tidak mampu memberikan, kita sendiri harus mengusahakannya.

Adik bisa menjadi tempat bercerita, kawan bermain, sosok yang melihat kita apa adanya dan memberi masukan jika ada yang perlu dibenarkan, teman saat sedang kesepian, dan sebagainya.

Boleh lewat adik sepupu, adik dalam rekan kerja, maupun adik lawan jenis yang mungkin jadi calon pasangan. 

Cieee, dari adik kakak jadi pasangan. Wkakakak. Modus!

Jadi, bagi Anda anak bungsu yang sama seperti saya, tenanglah. Masih banyak adik potensial yang boleh diangkat di sekitar. Cukup pintar-pintarlah kita menempatkan posisi diri bersamanya.

...

Jakarta

21 Juni 2021

Sang Babu Rakyat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun