Seorang lelaki berdiri di depan cermin. Ia melihat baik rambutnya, telah tersisir rapi atau belum. Ia mengeluarkan minyak rambut dari saku celana, lantas mengusapnya, dan mengoleskannya ke rambut.
Setelah itu, ia mengambil dompet dan melihat isinya. Semua sudah beres. Aman. Ia menaikkan celananya yang agak turun. Ia mengencangkan ikat pinggangnya.
Oi para lelaki! Jika Anda berhasil menemukan dan membaca tulisan ini, selamat! Izinkan saya mengulas kebiasaan sebagian Anda dan saya tentunya, dengan hipotesis sederhana.
Apakah Anda sering menaikkan celana melorot Anda? Tanpa terasa, lingkar celana sudah turun beberapa sentimeter. Lantas, kita berhenti sejenak. Kedua tangan secara spontan membetulkannya.
Kemeja atau baju yang ujungnya tersibak keluar lekas-lekas dirapikan ke dalam celana. Berulang kali ritsleting diperiksa, apakah sudah tertutup rapat atau masih setengah terbuka.
Kebiasaan ini sering saya lihat dari sekian banyak bapak di luar sana. Almarhum bapak saya pun begitu. Saya? Ya, tanpa sadar juga begitu. Apakah jangan-jangan kita semua, para lelaki? Hayo, ngaku! Wakakakak...
Wajarnya...
Kebiasaan ini seharusnya lazim ditemukan di kamar kecil pria. Ketika tiap-tiap pria selesai buang air kecil di urinoir atau "bersemadi" di toilet, seketika celana yang memang sengaja dimelorotkan akan dinaikkan untuk dirapikan.
Atau, waktu olahraga yang membutuhkan banyak gerak -- seperti lompat-lompat dan lari -- perlahan celana akan turun. Jika sadar, langsung dibetulkan. Serasa ada yang tidak nyaman.Â
Penyebab celana selalu melorot