Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Mengapa Ide Harus Langsung Ditulis?

9 Mei 2021   16:39 Diperbarui: 9 Mei 2021   16:43 599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ide, sumber: credit. mjoni.com 

Saya atau Anda pasti mengalami. Setelah buka laptop, tidak ada yang bisa kita kerjakan. Mau menulis, kosong melompong isi pikiran. Akhirnya, waktu terbuang sia-sia.

Dengan menuliskan potongan ide pada konsep, kita telah menghargai upaya otak kita. Ia sudah berpikir keras. Merasa bersalah tentu, jika berlalu begitu saja.

Kumpulan potongan ide yang tertulis, bisa menjadi obat pula, saat kebuntuan datang. Otak hanya tinggal mengembangkan cerita dan menguatkan dasar untuk membentuk pendapat, tanpa perlu lagi menggali ide utama.

Mengingatkan pokok tulisan

Kita tidak selamanya mampu mengingat. Sesekali lupa datang. Ia menyerang pikiran dan menghapus segalanya, termasuk ide. Jika potongan ide telah tertulis, saat kita lupa, dengan mudah tinggal membukanya.

Kita diingatkan kembali pokok-pokok tulisan, ide utama, baik berupa pertanyaan atas fenomena atau ketidaksetujuan tentang pendapat orang. Ini sangat menolong. Pemantik kita mengembangkan paragraf.

Memilih sudut pandang

Dengan melihat perbendaharaan ide, kita bisa membandingkannya lewat tulisan yang serupa. Bukan dengan maksud mencari sontekan, tetapi mengembangkan ide lewat sudut pandang lain, yang belum pernah dituliskan, sehingga bacaan kita tidak membosankan.

Ada kebaruan di sana. Kekayaan bacaan semakin melimpah. Pembaca pun terasa segar dan terbukakan pikirannya dari sudut pandang baru. Kita sendiri tidak jenuh menulis, karena menyajikan yang unik.

Variasi jenis tulisan

Saya seorang cerpenis. Awalnya saya idealis, hanya menulis cerpen. Semakin ke sini, keteguhan tergoyahkan. Jujur, saya mengalami sedikit kejenuhan saat menulis cerpen. Polanya hampir sama. Itu-itu saja meskipun konfliknya berbeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun