mudik saat Lebaran 2021, terhitung tanggal 6 s.d. 17 Mei 2021. Landasan peraturan tertulis dalam Surat Edaran Nomor 13 Tahun 2021 dari Satgas Penanganan Covid-19 tentang Peniadaan Mudik Hari Raya Idul Fitri Tahun 1442 Hijriah dan Upaya Pengendalian Penyebaran Covid-19 Selama Bulan Suci Ramadhan 1442 Hijriah. Selengkapnya baca di sini.
Sudah bukan rahasia, pemerintah secara resmi melarangHal ini membuat sebagian masyarakat sedih. Kebiasaan mudik terbilang menyatu dengan Lebaran. Sudah menjadi budaya yang harus dilakukan setiap tahun. Tetapi, gegara Corona, mereka diminta maklum.
Sebelum tanggal enam, sebagian telah mudik ke kampung halaman. Berdasarkan pantauan berita, seluruh moda transportasi digunakan, baik darat (kereta api, bus, mobil, dan motor pribadi), kapal laut, maupun pesawat udara.
Saya pribadi, meskipun Nasrani, momen mudik Lebaran tetap saya ikuti. Tahun-tahun lalu, saya sengaja tidak membeli tiket bus jauh-jauh hari, dengan maksud memberi kesempatan kepada teman-teman muslim agar beroleh tiket lebih dahulu.
Ketika mendekat jadwal pulang, baru saya pergi ke terminal Pulo Gebang -- dulu di Pulo Gadung, dan langsung beli tiket di tempat. Harganya tentu selangit. Lebih mahal dari biasa.
Kampung saya di Jepara. Jaraknya kurang lebih 500 kilometer dari Jakarta, tempat saya bekerja. Berkat pembangunan tol Cipali di jalur pantura, lama perjalanan bisa terpangkas menjadi kurang lebih 12 jam saja. Dahulu, lebih dari itu.
Pernah sekali waktu, dalam bus, saya tidak dapat kursi. Saya duduk di tempat pembaringan kernet dan sopir, tepatnya di bagian paling belakang bus, sebelah toilet, dan tertutup sehelai gorden. Pengguna bus pasti tahu.
Saya harus berbagi dengan mereka. Tentu tidak nyaman dan sangat wajar harga tiket boleh saya tawar. Tetapi, hasilnya nihil. Tetap sama dengan harga kursi biasa.Â
Akhirnya, dengan pertimbangan ingin memuaskan rindu di kampung, hitung-hitung memberi THR kepada awak bus, dan tinggal bus itu yang tersisa, saya tetap bayar penuh. Saya baru pindah duduk di kursi ketika bus sebentar lagi sampai di Jepara. Beberapa puluh kilometer lagi.
Selama perjalanan, walaupun sudah berkali-kali dan biasa, saya merasa lama sampainya dan selalu lelah. Setiba di rumah, langsung tidur seharian untuk memulihkan stamina. Padahal, dalam bus saya tidak melakukan apa-apa. Ditebak oleh pikiran saya, ini penyebabnya:
Tidak ada teman bicara