Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Lima Kekayaan yang Tidak Ternilai dengan Uang

24 April 2021   03:57 Diperbarui: 24 April 2021   04:58 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: patinews.com

Hai diari, saya ingin cerita. Maafkan bila mengganggumu subuh-subuh begini. Berhubung ide sedang datang, izinkan saya menuliskannya pada tubuhmu.

Diari, saya tinggal di Jakarta. Saya paham benar, hidup di Jakarta tidak semudah membalikkan telapak tangan. Orang-orang dituntut bekerja keras, pergi subuh, pagi sampai sore bekerja dalam gedung tanpa terkena sinar matahari, dan malam pulang bersama kemacetan di jalan.

Bila lembur, sampai rumah beberapa teman sudah tidak lagi melihat anaknya. Anaknya telah tertidur lelap. Tidak berapa lama, mereka harus kembali bersiap, untuk berangkat subuh ke kantor.

Diari, sebetulnya mereka cari apa sih? Kalau jawabmu uang, itu benar. Saya pun cari uang selama hidup. Bohong, kalau ada orang yang tidak butuh uang. Orang terkaya sekalipun, masih perlu uang guna memenuhi kebutuhannya.

Ya, semua sudah dinilai dengan uang. Baik sandang, pangan, maupun papan, kita perlu uang untuk memperolehnya. Tentu, kita bahagia bila ketiga kebutuhan itu terpenuhi. Punya rumah sendiri, pakaian bagus, sampai makan segala macam rasa. Bila semua diperoleh dengan uang sendiri, tanpa berutang, pasti lebih bahagia.

Diari, aku tidak suka munafik. Uang memang mendatangkan kebahagiaan. Tetapi diari, jika kita lebih cermat, ada beberapa kekayaan yang tidak kasatmata, tetapi harganya begitu mahal, sampai tidak ternilai dengan uang.

Badan tetap sehat

Dari ujung rambut hingga pucuk kuku kaki, pernahkah kita perhatikan satu demi satu? Mata yang masih baik melihat, telinga yang cukup tajam mendengar, hidung yang peka akan bau, mulut yang bisa berbicara, dan lainnya, yang masih apik kondisinya.

Bila kita ke rumah sakit, semua itu menjadi mahal, karena harus dibayar dengan uang. Anggota badan yang sakit, untuk memulihkannya, perlu obat, perawatan, bahkan operasi. Jika tidak sembuh, akan terus menyedot uang yang entah sampai kapan.

Itulah sebabnya, badan yang masih sehat, begitu mahal harganya, sampai gagal dinilai dengan uang.

Ada kesempatan bersama keluarga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun