Penulis mau, dalam setiap ucapannya, pembaca mengungkit rasa yang pernah dialami. Ada empati yang hendak ditimbulkan. Penulis ingin memosisikan diri sebagai pembaca, begitu harapan sebaliknya dari pembaca. Kata "kita" efektif untuk berbagi rasa.
Mengajak mengingat cerita
Bagian ketiga, "kita" dimaksudkan penulis untuk bertanya, apakah kisah yang dialaminya juga pembaca alami? Bagaimana akhirnya kelakuan pembaca untuk mengatasi kebosanan itu?
Penulis atau pencerita ingin pembaca perlahan mengingat kejadian mereka. Ucapan dan tulisan, lagi-lagi menjadi milik bersama. Pembaca tidak sekadar membaca, tetapi tanpa sadar juga mengulas ceritanya, meskipun sebatas pikiran.
Tidak terkesan menggurui
Terakhir, penggunaan kata "kita" adalah sangat berguna dalam menyampaikan pesan moral atau nasihat. Saat kita berucap atau menulis, ternilai tidak sedang menggurui.Â
Jangan sampai, orang di sekitar yang mendengar atau membaca, serasa melihat kita sebagai orang paling benar yang memberi nasihat. Ini perlu dihindari.
Kata "kita" berarti nasihat itu untuk bersama, baik penulis maupun pembaca. Meskipun nasihat itu disarikan dari pengalaman penulis dan diarahkan untuk pembaca, kata "kita" berhasil tidak menyiratkan itu. Penulis tertangkap juga menasihati dirinya sendiri.
Itulah, kehebatan kata "kita" dalam berbahasa. Ada kebersamaan untuk berbagi cerita. Ada empati, menempatkan diri dalam perasaan bersama. Ada pencerahan hidup yang dipelajari bersama.
Demikian, semoga tulisan ini bermanfaat.
...
Jakarta
23 April 2021
Sang Babu Rakyat