Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tautan Porno pada Akun FB, Sebuah Kejahilan Baru?

20 April 2021   22:42 Diperbarui: 22 April 2021   01:38 694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi konten porno yang mengganggu, Sumber: Instagram

Sumber: Dokpri
Sumber: Dokpri
Beliau pun menuliskan klarifikasi di akun FB beliau dan unggah status di WA, tentang kejadian akun suaminya.

Sumber: Dokpri
Sumber: Dokpri

Sumber: Dokpri
Sumber: Dokpri
Media sosial adalah kita

Kita mengerti sekali, media sosial sudah lekat dengan semua orang saat ini. Jarang, yang tidak memakai media sosial. Semua orang beragam profesi sampai pengangguran, anak sekolah pun, mempunyai media sosial, baik FB, Youtube, Instagram, Line, Twitter, maupun lainnya.

Media sosial adalah sarana untuk mengekspresikan diri. Sekaligus sarana membentuk jati diri. Menggambarkan citra kita di kalangan warganet. Kalau pemuka agama, pasti kita tahu dari konten rohani yang dibagikan. Bila seniman, media sosialnya sebagian besar dipenuhi karya-karya seni beserta apresiasinya.

Media sosial sudah dapat berperan sebagai alat efektif menilai diri kita, bagaimana bertutur kata, bagaimana membalas komentar dan berbagi tautan, apakah kita pribadi yang bermanfaat atau tidak, yang semua itu dinilai oleh sesama teman media sosial.

Nah, sudah tentu peristiwa yang tidak diinginkan ini, membuat banyak orang kelabakan. Mereka khawatir, reputasi yang selama ini dibangun, hancur gara-gara ini. Karena nila setitik, rusak susu sebelanga.

Apa tanggapan kita untuk memulihkan nama baik?

Saya pribadi percaya, teman-teman media sosial saya yang kritis dan terpelajar, tidak serta merta menetapkan dan memandang saya seperti itu. Mereka akan menganalisis siapa saja yang terkena, mereka akan melihat juga apakah konten itu memang selalu kita sebarkan atau hanya sekali, saat itu terjadi.

Kita tidak perlu gelisah berkelanjutan. Cukup dijelaskan baik-baik di media sosial. Bahkan kalau kita tidak ambil pusing, selama tidak ada keberatan dari sesama teman, biarkan saja, tidak perlu diterangkan. Orang-orang juga mengerti, bahwa ini dialami bersama-sama. Cukup atur seperti saya, tag itu tidak bisa dilihat orang.

Ada-ada saja kelakuan orang sekarang ini. Saya tidak tahu apa motif di otaknya. Sekadar kejahilankah? Atau mau merusak reputasi orang? Atau memang mengambil kendali atas FB orang?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun