Beliau pun menuliskan klarifikasi di akun FB beliau dan unggah status di WA, tentang kejadian akun suaminya.
Media sosial adalah kita
Kita mengerti sekali, media sosial sudah lekat dengan semua orang saat ini. Jarang, yang tidak memakai media sosial. Semua orang beragam profesi sampai pengangguran, anak sekolah pun, mempunyai media sosial, baik FB, Youtube, Instagram, Line, Twitter, maupun lainnya.
Media sosial adalah sarana untuk mengekspresikan diri. Sekaligus sarana membentuk jati diri. Menggambarkan citra kita di kalangan warganet. Kalau pemuka agama, pasti kita tahu dari konten rohani yang dibagikan. Bila seniman, media sosialnya sebagian besar dipenuhi karya-karya seni beserta apresiasinya.
Media sosial sudah dapat berperan sebagai alat efektif menilai diri kita, bagaimana bertutur kata, bagaimana membalas komentar dan berbagi tautan, apakah kita pribadi yang bermanfaat atau tidak, yang semua itu dinilai oleh sesama teman media sosial.
Nah, sudah tentu peristiwa yang tidak diinginkan ini, membuat banyak orang kelabakan. Mereka khawatir, reputasi yang selama ini dibangun, hancur gara-gara ini. Karena nila setitik, rusak susu sebelanga.
Apa tanggapan kita untuk memulihkan nama baik?
Saya pribadi percaya, teman-teman media sosial saya yang kritis dan terpelajar, tidak serta merta menetapkan dan memandang saya seperti itu. Mereka akan menganalisis siapa saja yang terkena, mereka akan melihat juga apakah konten itu memang selalu kita sebarkan atau hanya sekali, saat itu terjadi.
Kita tidak perlu gelisah berkelanjutan. Cukup dijelaskan baik-baik di media sosial. Bahkan kalau kita tidak ambil pusing, selama tidak ada keberatan dari sesama teman, biarkan saja, tidak perlu diterangkan. Orang-orang juga mengerti, bahwa ini dialami bersama-sama. Cukup atur seperti saya, tag itu tidak bisa dilihat orang.
Ada-ada saja kelakuan orang sekarang ini. Saya tidak tahu apa motif di otaknya. Sekadar kejahilankah? Atau mau merusak reputasi orang? Atau memang mengambil kendali atas FB orang?