Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Satu Tip agar Cerpen Anda Tidak Membosankan

17 April 2021   05:43 Diperbarui: 17 April 2021   05:48 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:design.onmedianet.com

Saya ingin berbagi tulisan ini. Mumpung masih sehat, saya ikhlas memberi hasil pemikiran, demi kemajuan literasi, terutama karya cerpen. Meskipun belum ternama, setidaknya sekelumit pengalaman saya bisa berbicara. Selain sebagai cerpenis, saya juga pembaca. Keduanya sama-sama penikmat kata.

Ya, cerpenis memilih dan merangkai kata, sedangkan pembaca tentu membaca kata. Keduanya bisa dilanda kebosanan, baik menulis maupun membaca. 

Kapan? Ketika tulisan sebagai hasil karya dan bahan bacaan banyak mengulang penggunaan kata. Apalagi bila tidak ada intinya dan hanya dipenuhi konjungsi, seperti: dan, atau, namun, tetapi, dan lainnya. Cerpenis dan pembaca pasti suka kebaruan.

Simak contoh berikut ini:

Ibu pergi ke pasar membeli lauk. Di pasar, ia membeli beberapa ikan. Setelah membeli, ibu pergi ke perempatan jalan. Ia pulang ke rumah naik angkot. Ia terkejut, ternyata sopir angkot itu tetangganya.

Ibu pergi ke pasar membeli lauk. Setelah berhenti di depan salah satu kios, tangannya dengan cepat memilih dan memilah beberapa ikan segar. Seusai itu, kakinya beranjak ke perempatan jalan. Ibu pulang dengan naik angkot. Ia terkejut, tidak mengira bahwa sopirnya adalah tetangga sebelahnya.

Kedua paragraf itu sama, ingin menceritakan bahwa ibu pergi ke pasar, membeli ikan, pulang naik angkot, lalu kaget bertemu tetangganya. Tetapi, coba bandingkan kedua paragraf itu. Mari kita analisis. Paragraf pertama, terjadi pengulangan kata "membeli" sebanyak tiga kali, "pasar" dua kali, dan "angkot" dua kali. 

Sementara di paragraf kedua, tidak ada pengulangan sama sekali. Keduanya sama-sama lima kalimat. Saya yakin, Anda pun kurasa, lebih menarik membaca yang kedua daripada pertama. Lebih variasi kata-katanya. Tidak menjenuhkan.

Kebiasaan saya menulis beragam kata, tentu tidak datang dari langit. Ada empat hal yang membuat saya terlatih menerapkannya:

Biasakanlah

Alah bisa karena biasa. Tidak sekadar saat menulis cerpen, ketika bercakap lewat WA, menulis status di media sosial, mengirim pesan ke orang-orang, cobalah biasakan menggunakan kata-kata yang tidak berulang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun